Apa itu Uji Efektivitas Pengawet dan Bagaimana Cara Melakukannya?

Apa itu pengawet ?

Pengawet adalah zat yang ditambahkan ke dalam produk farmasi, kosmetik, atau makanan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak produk atau membahayakan kesehatan pengguna. Pengawet harus efektif melawan berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, dan virus, serta memiliki toksisitas rendah dan tidak menyebabkan iritasi atau alergi pada kulit atau selaput lendir. Namun, bagaimana cara mengetahui apakah pengawet yang digunakan sudah efektif atau tidak?

Cara Pengujian Efektivitas Pengawet

Salah satu cara untuk mengetahui efektivitas pengawet adalah dengan melakukan uji efektivitas pengawet (Preservative Efficacy Test, PET). PET adalah uji yang dilakukan untuk menentukan kemampuan pengawet dalam menghambat atau membunuh mikroorganisme yang sengaja ditambahkan ke dalam produk selama periode waktu tertentu. PET bertujuan untuk menjamin bahwa produk yang mengandung pengawet dapat tetap aman dan stabil selama masa simpan dan penggunaan.

uji efektivitas pengawet

PET dilakukan dengan mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, seperti Farmakope Indonesia, US Pharmacopeia, atau European Pharmacopoeia. SOP PET berisi langkah-langkah yang harus dilakukan, seperti persiapan bahan dan alat, pemilihan mikroorganisme uji, persiapan inokulum, inokulasi produk, pengambilan sampel, penanaman sampel, penghitungan koloni, dan interpretasi hasil.

Berikut ini adalah ringkasan SOP PET berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V.

  1. Persiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan, seperti produk yang akan diuji, mikroorganisme uji, media pertumbuhan, alat steril, alat ukur, dan alat inkubasi.
  2. Pilih mikroorganisme uji yang sesuai dengan jenis produk. Farmakope Indonesia merekomendasikan lima jenis mikroorganisme uji, yaitu Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Candida albicans, dan Aspergillus brasiliensis.
  3. Persiapkan inokulum mikroorganisme uji dengan cara menumbuhkan masing-masing mikroorganisme pada media yang sesuai selama 24-48 jam pada suhu 30-35°C untuk bakteri dan 20-25°C untuk jamur. Kemudian, sesuaikan kekeruhan inokulum dengan standar McFarland 0,5 atau 1,5 x 10^8 CFU/mL untuk bakteri dan 1 x 10^6 CFU/mL untuk jamur.
  4. Inokulasi produk dengan cara menambahkan inokulum mikroorganisme uji ke dalam produk dengan perbandingan 1:10 (v/v) atau sebanyak 1 mL inokulum per 10 mL produk. Aduk produk yang telah diinokulasi secara merata dan biarkan pada suhu kamar selama 10-15 menit.
  5. Ambil sampel produk yang telah diinokulasi pada waktu 0 jam, 6 jam, 24 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Jika produk berbentuk semisolid atau padat, ambil sebanyak 1 g atau 1 mL produk dan larutkan dalam 9 mL larutan garam steril. Jika produk berbentuk cair, ambil sebanyak 1 mL produk.
  6. Tanam sampel produk pada media pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme uji. Gunakan metode pengenceran bertingkat untuk mendapatkan jumlah koloni yang terhitung. Inkubasi media yang telah ditambahkan sampel selama 24-48 jam pada suhu 30-35°C untuk bakteri dan 20-25°C untuk jamur.
  7. Hitung jumlah koloni yang tumbuh pada media dan hitung nilai log reduksi (LR) dengan rumus LR = log N0 – log Nt, dimana N0 adalah jumlah koloni pada waktu 0 jam dan Nt adalah jumlah koloni pada waktu t. Nilai LR menunjukkan seberapa besar pengurangan jumlah mikroorganisme uji setelah ditambahkan pengawet.
  8. Interpretasi hasil uji dengan membandingkan nilai LR dengan kriteria yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
Mikroorganisme ujiLR minimal pada waktu 7 hariLR minimal pada waktu 14 hariLR minimal pada waktu 28 hari
S. aureus233
P. aeruginosa233
E. coli233
C. albicans122
A. brasiliensis122

Jika nilai LR memenuhi atau melebihi kriteria, maka pengawet dapat dikatakan efektif. Jika nilai LR tidak memenuhi kriteria, maka pengawet dapat dikatakan tidak efektif.

Pengawet yang sering digunakan dalam Obat

Beberapa jenis pengawet yang sering digunakan dalam produk farmasi adalah:

  • Paraben, seperti metilparaben, etilparaben, propilparaben, dan butilparaben. Paraben adalah senyawa fenolik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan kapang. Paraben biasanya digunakan dalam sediaan cair, semisolid, atau padat.
  • Sorbat, seperti asam sorbat dan garamnya. Sorbat adalah senyawa asam karboksilat yang dapat menghambat pertumbuhan kapang dan ragi. Sorbat biasanya digunakan dalam sediaan cair atau semisolid.
  • Benzoat, seperti asam benzoat dan garamnya. Benzoat adalah senyawa aromatik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan kapang. Benzoat biasanya digunakan dalam sediaan cair atau semisolid.
  • Fenoksietanol, seperti 2-fenoksietanol. Fenoksietanol adalah senyawa alkohol aromatik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, jamur, dan kapang. Fenoksietanol biasanya digunakan dalam sediaan kosmetik, seperti krim, losion, atau gel.

Uji efektivitas Pengawet Berdasarkan USP terakhir

Berikut adalah contoh tulisan blog berdasarkan artikel yang Anda berikan:

Apa itu Uji Tantangan Pengawet USP <51> dan Mengapa Penting?

Pengawet adalah bahan antimikroba yang ditambahkan ke dalam formulasi produk berair untuk membantu menjaga keamanan produk dengan menghambat pertumbuhan dan mengurangi jumlah kontaminan mikroba. Pengawet sangat penting untuk mencegah kerusakan produk, infeksi, dan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Namun, tidak semua pengawet cocok untuk semua produk. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pengawet adalah jenis produk, formulasi, proses pembuatan, dan kemasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji tantangan pengawet untuk mengevaluasi apakah pengawet yang dipilih dapat melindungi produk dari kontaminasi mikroba selama masa simpan yang diharapkan.

Uji Efektivitas pengawet atau Uji tantangan pengawet yang paling umum digunakan adalah Uji Efektivitas Pengawet USP <51>. Uji ini digunakan untuk mengevaluasi efek pengawet dalam kosmetik, produk perawatan pribadi, dan produk obat. Uji ini menggunakan 5 mikroorganisme (3 bakteri dan 2 jamur) yang dikenal sebagai patogen untuk menantang produk. Uji ini juga memerlukan validasi netralisasi dan pemulihan untuk memastikan bahwa mikroorganisme dapat dipulihkan dari produk jika ada.

Uji Efektivitas pengawet USP <51> dilakukan dengan cara berikut:

  • Produk dibagi menjadi 5 wadah, masing-masing ditantang dengan salah satu dari 5 mikroorganisme yang ditentukan metode (S. aureus ATCC 6538, E. coli ATCC 8739, P. aeruginosa ATCC 9027, C. albicans ATCC 10231, dan A. brasiliensis ATCC 16404) dengan konsentrasi >1×10 5 CFU/g atau ml.
  • Konsentrasi awal masing-masing mikroorganisme ditentukan dengan menginokulasi zat kontrol dan menggunakan teknik pengenceran dan penanaman standar.
  • Pada saat inisiasi uji, volume terpisah, biasanya 1 ml atau 1 g, dari produk diencerkan dalam volume kaldu netralisator kimia, untuk digunakan dalam validasi netralisasi dan pemulihan.
  • Produk yang diinokulasi disimpan pada suhu ruang selama periode tidak kurang dari 28 hari.
  • Produk dievaluasi pada interval tertentu dalam periode 28 hari. Interval evaluasi tergantung pada kategori produk yang ditentukan oleh metode. Klik di sini untuk kategori produk USP <51>.
  • Pada setiap waktu kontak, produk yang diinokulasi dinetralkan secara kimia dan ditumbuhkan menggunakan teknik pengenceran dan penanaman standar.
  • Setelah 48 jam inkubasi, mikroorganisme yang bertahan dihitung, dan log reduksi masing-masing mikroorganisme pada setiap interval dilaporkan.
  • Efektivitas sistem pengawet ditentukan berdasarkan kriteria lulus USP <51>.

Uji Efektivitas Pengawet USP <51> sangat penting untuk menjamin keamanan dan kualitas produk Anda. Uji ini harus dilakukan segera setelah pembuatan produk, dan diulangi setiap ada perubahan formulasi, proses, atau kemasan. Uji ini juga dapat membantu Anda dalam melakukan uji stabilitas produk Anda.

Demikianlah cara melakukan uji efektivitas pengawet. Uji ini penting untuk dilakukan agar produk yang mengandung pengawet dapat terjamin keamanan dan kualitasnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang uji efektivitas pengawet.

Sumber:

1) Pengawet yang digunakan dalam Obat – FARMASI INDUSTRI. https://farmasiindustri.com/qa/pengawet-yang-digunakan-dalam-obat.html.
(2) Uji Efektivitas Pengawet/Antimikroba Pada Sediaan Farmasi. https://farmasiindustri.com/industri/uji-efektivitas-pengawet-antimikroba-pada-sediaan-farmasi.html.
(3) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA – POM. http://asrot.pom.go.id/img/Peraturan/PerKa%20BPOM%20No.%2036%20Tahun%202013%20tentang%20Batas%20Maksimum%20Pengawet.pdf.

M. Fithrul Mubarok
M. Fithrul Mubarokhttps://farmasiindustri.com
M. Fithrul Mubarok, M.Farm.,Apt adalah Blogger Professional Farmasi Industri pertama di Indonesia, pendiri dan pengarang dari FARMASIINDUSTRI.COM sebuah blog farmasi industri satu-satunya di Indonesia. Anda dapat berlangganan (subscribe) dan menfollow blog ini untuk mendapatkan artikel terkait farmasi industri. Email: [email protected] WhatsApp/WA: 0856 4341 6332

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini