Pada awal Oktober dari Kemenkes mengundang praktisi Industri farmasi, regulator (dinas kesehatan kab/kota) dan dari balai pom untuk mengikuti Workshop yang berjudul : :Peningkatan Daya Saing Industri.
Yang menarik dari workshop ini pemerintah diwakili kemenkes dan kemenperind memasukkan Industri Farmasi Nasional ke dalam industri unggulan. Sebelumnya pemerintah “hanya” menuntut ke industri agar menyediakan obat murah dan merata tapi disisi lain tidak mendukung industrinya.
Berikut Rangkuman yang saya catat dari Workshop tersebut:
RANGKUMAN
Sesi awal oleh Bu Ratih dari Kementrian Kesehatan :
Mensosialisasikan Peraturan Pemerintah PP no 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional.
Di PP tersebut Industri farmasi, alkes dan kosmetik masuk dalam Industri Andalan Nasional dimana tahun2 sebelumnya industri farmasi sama sekali tidak dilirik.
Pemerintah mendorong Industri farmasi nasional untuk dikembangkan muali tahun ini termasuk industri bahan baku nasional.
Industri farmasi yang akan melakukan investasi pengembangan bahan baku akan difasilitasi oleh pemerintah (ada paket2 regulasi yang akan membantu).
Sesi dari Andreas Cahya mewakili GP Farmasi berjudul: Peluang tantangan Pengembangan Industri Farmasi
Beliau menceritakan Roadmap Industri Farmasi Nasional, menceritakan kenapa IF(Industri Farmasi) Indonesia tidak maju. Singapore investasi 12 Triliun rupiah untuk Biofarmasi
sedangkan indonesia stagnan. Selama ini IF tidak menarik bagi pemerintah, yang ditekankan oleh pemerintah (kemenkes) ke IF hanya aspek sosialnya saja (obat murah, obat tersedia bagi seluruh masyarakat) sehingga menyebabkan IF tidak berkembang, disatu sisi tidak ada dukungan dari Kemenperind. Padahal untuk pengembangan sangat butuh dukungan Kemenperind.
IF selama ini hanya mengenal kemenkes tapi tidak mengenal kemenperind. Oleh karena itu adanya dukungan pemerintah melalui PP no 14 tahun 2015 adalah untuk mengembangkan industri farmasi nasional termasuk bahan baku obat (kimia, bofarmasi, bahan baku obat alam). Sejak adanya PP no 14, GP farmasi dan IF selalu diajak dan diundang oleh Kemenperind untuk difasilitasi, sebelumnya tidak pernah dilibatkan.
Investasi Pabrik baru ada pengurusan ke Kemenkes, BKPN dan Kemenperind, untuk 3 instansi ini relatif mudah karena kepentingannya memang mendorong pengembangan IF tapi untuk Depkeu relatif susah karena depkeu kepentingannya adalah untuk berhubungan dengan pajak dan penerimaan negara,beliau menyarankan agar networking ke depkeu dijalin terus jangan hanya pas butuh datang ke depkeu.(ini pentingnya networking).
Jadi sekarang adalah moment penting karena urusan perizinan dan lain2 akan “dipermudah” oleh pemerintah, terutama dalam pengembangan bahan baku farmasi.
Sesi dari Praktisi Kalbe Farma berjudul : Inovasi Produk Dalam meningkatkan Daya Saing Industri Farmasi
Beliau mengutarakan bahwa mulai 2015-2019 pasar farmasi akan terpecah menjadi dua yaitu pasar generik (imbas JKN, volume besar margin kecil) dan pasar obat branded (volume kecil , margin tinggi). Untuk generik JKN akan diberlakukan total 2019 sehingga IF sebaiknya bila akan membuat plant baru kapasitas dan hitungannya harus tepat, karena produksi generik membutuhkan effisiensi tingkat tinggi. Sedangkan untuk branded diarahkan untuk produk non-konvensional seperti biofarmasi karena mengikuti trend dunia yg sangat mungkin terjadi di Indonesia. IF diminta untuk fokus ke salah satu generik atau branded, bila resourcesnya terbatas.
Untuk menyongsong 2019, momentnya adalah sekarang 2015, karena untuk pembuatan pembangunan fisik pabrik baru (serta izin dll) kira2 membutuhkan rentang 2-4 tahun. Bila ditunda kesempatan 2019 dengan adanya JKN akan diambil oleh IF lain.
Berikut materi Workshopnya
- Implementasi CPOB dalam Pemastian Mutu-BPOM
- Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Ditjen Binfar dan Alkes-Kemenkes
- Opportunities and Chalengges in Pharma Industry Development to Improve Indonesia Pharma Industry Competitiveness-GP Farmasi
- Praktik Bertanggung Jawab Apoteker di Industri Farmasi-IAI
- Inovasi Produk Dalam Meningkatkan daya saing Industri Farmasi-Praktisi
Semoga bermanfaat
Sharing Is Caring
Fithrul
[…] Workshop Peningkatan Saya Saing Industri Farmasi (Malang) […]
[…] dilakukan ternyata SK Keputusan SKP baru turun 2 bulan kemudian, itupun setelah saya kritisi waktu Seminar di Malang. Dan 1 proposal tidak turun SKPnya sampai hari ini (hampir setahun) dan tidak ada penjelasannya. […]
[…] Untuk IOT jahe, temulawak dan kunyit ternyata masih impor. Ternyata 70-80% bahan baku natural masih impor termasuk pinang, gambir dan jahe. Road map pengembangan Industri farmasi akan ada Inpres yang tahun ini keluar dimana ada 13 kementrian terlibat. Secara umum bahasan ini mirip seminar yang saya ikuti di Malang Workshop Peningkatan Saya Saing Industri Farmasi (Malang). […]
[…] farmasi nasional. Pada jaman pemerintahan Jokowi juga “pada akhirnya” memasukan Industri Farmasi Nasional ke alam industri unggulan, pada pemerintahan sebelum-sebelumnya industri farmasi tidak dilirik, hanya memasukkan […]