Berikut saya bagikan tulisan dari Pak Bambang Priyambodo, untuk tulisan lainnya dari beliau dapat dilihat pada link berikut
Lebih dari 400 tahun lalu, para ahli pengobatan dunia telah mengenal khasiat dari tumbuhan dengan bunga berwarna ungu yang sangat cantik ini. Dan lebih dari 200 tahun, tumbuhan ini telah digunakan untuk menyelamatkan nyawa manusia. Yup, tumbuhan yang berasal dari Eropa dan Asia bagian barat dan tengah dengan bunga seperti lonceng-lonceng kecil berwarna ungu ini adalah Digitalis purpurea, dari keluarga Scrophulariaceae.
Nama “Digitalis” dilekatkan pada tumbuhan yang tingginya bisa mencapai 2,5 meter ini karena memang digunakan sebagai Obat Jantung, terutama karena adanya sebuah senyawa yang terkandung dari tanaman ini yaitu DIGOKSIN.
Digitalis alias Digoksin bekerja dengan cara menghalangi fungsi enzim natrium-kalium ATPase sehingga meningkatkan kadar kalsiun di dalam sel-sel otot jantung. Meningkatnya kadar kalsium di dalam otot sel-sel jantung inilah yang menjadi sebab meningkatnya kekuatan kontraksi jantung.
Sejak berhasil diisolasi pada tahun 1930, Digoxin dimasukan ke dalam daftar obat Essential WHO sebagai obat jantung paling efektif dan murah hingga saat ini. Obat ini menempati peringkat ke-145 sebagai obat yang paling banyak diresepkan di Amerika Serikat, yaitu sebanyak lebih dari 4,4 juta resep pertahun (The Top 300 of 2019, clincalc.com)
Namun demikian, di balik fungsinya yang sangat luar biasa tersebut, obat (dan juga tanaman) ini ternyata juga adalah RACUN yang sangat mematikan. Seluruh bagian tanaman ini mengandung glikosida yang dapat menyebabkan keracunan. Reaksi keracunan tersebut amat sangat mirip gejala dan ciri-cirinya dengan gejala dan ciri-ciri dari serangan jantung koroner, seperti mual, diare, sakit perut, halusinasi, sakit kepala, tremor, denyut nadi yang lemah, kejang-kejang dan akhirnya sebuah kematian yang sangat cepat.
Tidak heran dengan berbagai “keunggulan” (sangat mirip dengan sebuah kematian yang “normal” karena serangan jantung) serta “kecepatan”nya dalam mencabut nyawa manusia, obat dan tumbuhan ini sejak jaman dahulu kala sering kali digunakan sebagai racun “berdarah dingin”.
Sejarah mencatat Charles James Fox, seorang bangsawan dan anggota parlemen Inggris, meninggal dunia di kantornya pada tahun 1806 karena diracun oleh rival politiknya menggunakan digitalis. Demikian pula sang Maestro dari Belanda, Vincent van Gogh yang pada akhirnya hidupnya mengalami depresi dan halusinasi, konon disebabkan bunga yang cantik ini yang ditaruh di vas bunga yang senantiasa diletakan dekat tempat tidurnya..
Ada banyak pula cerita-cerita fiksi yang “diilhami” oleh tanaman yang disebut dalam bahasa Inggris dengan nama “Foxglove” ini. Tidak kurang novelis kondang, Agatha Christie yang juga seorang Pharmacist sering kali menggunakan racun ini dalam “membunuh” seorang tokoh dalam novel-novel misterinya.
Tak mau ketinggalan, film sang detektif flamboyan 007, James Bond dalam salah satu episode yaitu “Casino Royale” juga diceritakan terkena racun digitalis yang dicampur dalam minuman sang detektif. Dan jika Anda pernah menonton serial televisi yang begitu digemari di Indonesia beberapa tahun lalu, yaitu “Desperate Housewife” dalam salah satu episode juga diceritakan bagaimana seorang istri yang memiliki affair dengan seorang Pharmacist mencampurkan sebutir pil Digoxin ke dalam minuman sang suami yang akhirnya meninggal dunia dan dinyatakan oleh Runah Sakit disebabkan karena terkena serangan jantung. Namun seorang Pharmacist pula yang akhirnya mengungkap penyebab kematian sang suami tersebut disebabkan oleh sebuah obat yang memiliki index terapi yang sangat sempit yaitu DIGOXIN..
Semoga Bermanfaat
Selamat berakhir pekan dengan keluarga Anda..
Jangan ada Digoxin di antara Anda.. 😁