Kegunaan Filter Karbon Aktif
Filter karbon aktif digunakan untuk pemurnian air dalam sistem air, dan penerapan filter ini dapat meningkatkan efisiensi sistem tersebut. Filter karbon aktif bekerja dengan menyerap kontaminan seperti klorin, bahan kimia organik, dan partikel kecil lainnya yang ada dalam air. Proses ini tidak hanya membantu dalam menghasilkan air yang lebih bersih dan aman untuk digunakan, tetapi juga memperpanjang umur peralatan dalam sistem air dengan mengurangi penumpukan zat-zat berbahaya.
sumber gambar : https://www.netsolwater.com/what-factors-that-affect-the-performance-of-activated-carbon-filter.php?blog=1201
Penggunaan filter karbon aktif juga dapat mengurangi bau dan rasa tidak sedap dalam air, menjadikannya lebih layak untuk dikonsumsi. Selain itu, filter ini dapat membantu mengurangi kebutuhan akan bahan kimia tambahan dalam proses pemurnian air, yang pada akhirnya dapat menghemat biaya operasional. Dengan demikian, integrasi filter karbon aktif dalam sistem air merupakan langkah yang efektif untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas air yang dihasilkan.
Filter karbon aktif berfungsi untuk menghilangkan klorin dan bahan organik dari air, serta mengurangi warna dan bau yang tidak diinginkan, sehingga kekeruhan air juga berkurang. Filter ini sangat penting dalam sistem pemurnian air yang menggunakan klorin untuk dekontaminasi. Namun, filter karbon aktif tidak dapat menghilangkan mikroba dan kekerasan air.
Filter ini terdiri dari partikel karbon dengan ukuran bervariasi, mulai dari 10 hingga 50 mesh. Karbon aktif diperoleh dari tempurung kelapa yang dibakar tanpa oksigen, biasanya dalam atmosfer yang mengandung nitrogen atau gas inert lainnya. Proses aktivasi karbon dilakukan dengan metode uap atau metode kimia. Pada aktivasi uap, karbon dipanaskan pada suhu 750-950°C dengan uap, menghasilkan pori-pori halus yang ideal untuk adsorpsi zat dalam air.
Dalam metode aktivasi kimia, karbon dicampur dengan pasta seng klorida dan dipanaskan pada suhu 600-800°C. Karbon yang diaktifkan secara kimia memiliki pori-pori yang lebih besar, cocok untuk menyerap molekul yang lebih besar dari air.
Klorin dan senyawa organik teradsorpsi pada permukaan partikel karbon aktif melalui pori-porinya yang kecil. Untuk mempertahankan efisiensi filter karbon aktif, diperlukan reaktivasi karbon secara berkala.
Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi filter karbon aktif meliputi waktu kontak air dengan lapisan karbon, konsentrasi kontaminan, suhu, dan pH air. Pada suhu tinggi, filter ini kurang efektif dibandingkan pada suhu rendah. pH air juga berpengaruh terhadap adsorpsi kontaminan, di mana peningkatan pH sebesar satu unit dari 7 memerlukan tambahan 20% permukaan karbon aktif.
Sanitasi filter karbon aktif perlu dilakukan secara rutin dengan uap karena karbon dapat mendukung pertumbuhan mikroba, yang berpotensi mencemari sistem air.