Pelat Teoritis N dan Penentuannya dalam Analisis HPLC

Pengertian

Pelat teoritis dikenal sebagai alat ukur efisiensi kolom HPLC. Meskipun kolom kromatografi tidak memiliki pelat fisik secara nyata, efisiensi kolom dihitung secara matematis.

Pelat teoritis merupakan alat ukur efisiensi kolom HPLC. Pelat teoretis adalah zona atau tahap hipotetis di mana dua fase, fase diam dan fase gerak cair dalam kasus HPLC, membentuk kesetimbangan satu sama lain.

pelat teoritis

Kolom dengan jumlah pelat teoretis yang tinggi dianggap lebih efisien dalam pemisahan HPLC daripada kolom dengan jumlah pelat teoretis yang lebih sedikit. Kolom HPLC yang lebih efisien akan menghasilkan puncak yang lebih sempit pada waktu retensi yang sama dibandingkan dengan kolom yang kurang efisien.

Rumus Pelat Teoritis

Efisiensi kolom yang tinggi sangat penting untuk menghasilkan puncak yang tajam dalam analisis obat. Resolusi puncak juga tergantung pada efisiensi kolom, yang diukur dengan pelat teoritis. Pelat teoritis dihitung per meter panjang kolom dan sering disebut sebagai Nm. Berdasarkan Farmakope Amerika Serikat (USP), rumus berikut digunakan untuk menghitung pelat teoritis kolom HPLC:

N = 16(Ve/Wb)2

Di mana:

  • (N) adalah pelat teoritis.
  • (Ve) adalah waktu retensi.
  • (Wb) adalah lebar puncak.

Pelat teoritis harus ditentukan berdasarkan kondisi tertentu, terutama suhu, yang memengaruhi jumlah lempeng teoritis. Faktor retensi ((k)) dari senyawa uji yang digunakan untuk menghitung pelat teoretis harus lebih besar dari 5. Faktor retensi kurang dari 5 dapat menghasilkan estimasi pelat teoretis yang tidak akurat.

Terkait: Faktor Resolusi, Faktor Tailing, Pelat Teoritis, dan Faktor Kapasitas dalam HPLC

Saat membandingkan efisiensi dua kolom, penting untuk memastikan kondisi suhu dan faktor retensi ((k)) yang sama agar evaluasi kinerjanya valid.

Setiap kolom tidak memiliki jumlah pelat teoretis yang sama. Biasanya, jumlah pelat teoretis berkisar antara 8000 hingga 12000, tetapi angka ini juga tergantung pada laju alir, viskositas fase gerak, dan sifat molekul senyawa yang dianalisis. Dalam kromatografi fase terbalik, senyawa hidrofobik sederhana seperti toluena, naftalena, atau acenaphthene digunakan sebagai senyawa uji, dan fase gerak mengandung konsentrasi pelarut organik yang tinggi dengan viskositas rendah.

Dalam analisis HPLC umum, sebagian besar senyawa yang dianalisis bersifat polar, dan fase geraknya mengandung lebih banyak air. Fase gerak yang mengandung air memiliki viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan fase gerak yang mengandung pelarut organik. Ketika viskositas meningkat, jumlah pelat teoretis kolom akan berkurang, dan itulah mengapa pelat teoretis sering ditemukan lebih rendah dalam penggunaan praktis dibandingkan dengan kondisi pengujian standar.

M. Fithrul Mubarok
M. Fithrul Mubarokhttps://farmasiindustri.com
M. Fithrul Mubarok, M.Farm.,Apt adalah Blogger Professional Farmasi Industri pertama di Indonesia, pendiri dan pengarang dari FARMASIINDUSTRI.COM sebuah blog farmasi industri satu-satunya di Indonesia. Anda dapat berlangganan (subscribe) dan menfollow blog ini untuk mendapatkan artikel terkait farmasi industri. Email: [email protected] WhatsApp/WA: 0856 4341 6332

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini