Perbedaan antara “aseptik” dan “steril” tidak selalu dipahami dengan baik.
Istilah-istilah ini tidak hanya relevan untuk bidang medis, tetapi juga untuk penyimpanan makanan dan benda-benda lain yang rentan terhadap infeksi bakteri, jamur, atau virus. Dalam konteks farmasi, sangat penting untuk membedakan keduanya dan mengetahui implikasinya secara medis. Keduanya terdengar mirip tetapi tidak bisa disamakan atau akan merusak produk yang dibuat.
Sumber : https://www.globescientific.com/media/wysiwyg/Sterile-Aseptic-Guy_blog.jpg
Aseptik dan steril saling berkaitan. Kesamaan antara keduanya adalah bahwa keduanya adalah teknik yang bertujuan untuk menghapus organisme mikroskopis yang berpotensi berbahaya dan mengancam keamanan lingkungan, cairan, luka, atau peralatan, di antara hal-hal lain. Untuk benar-benar memahami ciri-ciri khusus dari keduanya dan bagaimana keduanya dapat saling melengkapi, penting untuk mengetahui makna masing-masing kata.
Aseptik berarti sesuatu yang telah bebas kontaminasi, tidak akan memperbanyak atau menimbulkan mikroorganisme hidup yang merugikan (bakteri, virus, dan lain-lain). Steril menggambarkan suatu produk yang sepenuhnya bebas dari segala kuman. Pada dasarnya, yang pertama adalah menghilangkan segala sesuatu yang dapat mencemari suatu area, sedangkan yang lainnya tidak membeda-bedakan bakteri atau kuman dan tidak ada sama sekali.
Dalam istilah yang lebih praktis, seseorang akan menginginkan kondisi aseptik jika mereka perlu menjaga alat, ruangan, atau produk apa pun bebas dari kontaminasi – bukan membuatnya steril, namun hanya menjaga dan menjunjung tinggi produk tersebut pada standar yang tidak akan membuat kontaminasi menjadi tidak terkendali. menggandakan bakteri atau membuat lebih banyak virus. Teknik pengolahan yang aseptik akan menjaga suatu produk tetap aman, misalnya pada pengolahan pangan dengan rantai dingin.
Dalam teknik sterilisasi, setiap bakteri, baik yang berbahaya maupun yang bermanfaat, dimaksudkan untuk dimusnahkan. Teknik ini digunakan untuk mencapai lingkungan yang bebas dari semua mikroorganisme hidup, misalnya dengan peralatan yang digunakan untuk operasi bedah yang tidak memungkinkan bakteri jenis apa pun mencapai luka terbuka dan membahayakan keselamatan dan kesehatan.
Teknik untuk mencapai kondisi aseptik lebih spesifik, teliti, rinci dan rumit. Hal ini memerlukan pengetahuan tentang virus atau bakteri mana yang berbahaya bagi produk yang ada, dan cara menghilangkannya sekaligus menjaga mikroorganisme yang bermanfaat tetap utuh. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yang lebih mudah dilakukan karena tidak perlu mengawetkan organisme hidup, dan lebih “brutal”. Karena sifatnya yang radikal, kondisi steril sering kali ditujukan pada peralatan medis dan tidak diperbanyak dalam skala yang lebih besar. Kondisi pemrosesan yang aseptik memerlukan serangkaian peraturan higienis yang lebih luas yang tujuannya adalah untuk membatasi risiko infeksi di lingkungan yang tidak mungkin disterilkan seluruhnya (misalnya, ruang tunggu rumah sakit).
Singkatnya, jika kondisi steril lebih terlihat seperti sebuah serangan, maka kondisi aseptik itu sendiri lebih seperti sebuah penghalang. Kondisi aseptik dapat mencakup sterilisasi, namun hal sebaliknya tidak benar. Yang satu pasif, yang lain agresif, dan dalam perbedaan inilah terletak kehalusan antara kedua istilah tersebut.