Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit endemi yang mematikan. Penyakit ini sangat umum ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk anopheles ini masih menewaskan lebih dari 500 ribu orang tiap tahun. Sebagian besar di antaranya adalah bayi dan anak-anak di wilayah termiskin di Afrika. Saking berbahayanya konon tentara Jepang yang berperang di Papua Nugini lebih banyak tewas terkena penyakit malaria ini dibandingkan dengan perang itu sendiri. Sebelumnya penyakit malaria ini menggunakan obat Kloroquin atau Kina yang mempunyai efek samping yang sangat mengganggu yaitu telinga berdenging. Turunan Kina ini sebenarnya pernah diproduksi oleh PT Kimia Farma Plant Bandung selama bertahun-tahun untuk mensuplai kebutuhan Kina di Indonesia dan dunia. Pada tahun 2012-2013 produksi Kina ini dialihkan ke anak perusahaan PT Kimia Farma yaitu PT Sinkona Indah Lestari (SIL).
Obat malaria turunan kina dengan efek samping dan kebalnya parasit malaria menyebabkan manusia mencari alternatif obat lain. Awal penemuan artemisinin (berasal dari tanaman artemisia annua) obat baru malaria ini berasal dari Tiongkok. Tiongkok yang pada tahun 1969 dipimpin oleh Mao Zedong sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi militer. Dalam perang Vietnam, Tiongkok yang berafiliasi dengan Vietnam Utara kewalahan menghadapi pasukan Vietnam Selatan akibat wabah malaria. Mao mengumpulkan berbagai ahli pengobatan seantero Tiongkok untuk menemukan obat malaria dalam rangka memenangkan perang. Salah satu orang yang mendapatkan tugas itu adalah Youyou Tu, Wanita kelahiran tahun 1930 lalu dikirim oleh pemerintah Tiongkok untuk mengunjungi daerah-daerah yang paling terdampak malaria. salah satunya adalah Hainan, daerah tropis di bagian selatan Tiongkok yang sudah bertahun-tahun mengalami wabah malaria.
Namun titik terang penemuan artemisinin malah ditemukan di Beijing. Tu yang memang memiliki latar belakang ilmu pengobatan tradisional dan seorang Apoteker, menemukan bahwa tanaman apsintus (nama lain tanaman artemisinin) pernah digunakan untuk mengobati demam akibat malaria pada zaman Dinasti Jin. Berbekal temuan tersebut, mereka pun memfokuskan penelitian kepada ekstrak tanaman apsintus. Siapa sangka, bahan dasar obat tersebut ternyata sudah digunakan sebagai obat tradisional di Tiongkok sejak ribuan tahun yang lalu.
Kesuksesan Tu Youyou dalam menemukan senyawa anti malaria bisa dikatakan adalah “buah” dari ketekunan dan kerja yang sangat keras, bahkan nyawanya sendiri hampir melayang ketika dalam proses penemuan tersebut. Nyawanya sempat terancam ketika ditugaskan ke daerah-daerah endemi malaria dalam rangka menemukan obat baru. Atas kerja kerasnya dalam kontribusinya menyelamatkan ribuan orang karena penyakit malaria, wanita ini diganjar dengan hadiah nobel pada bidang kedokteran pada tahun 2015. Dari kisah diatas mengajarkan kita bahwa peninggalan nenek moyang tentang obat-obatan bila dikombinasikan dengan ketekunan meneliti dapat menemukan obat baru. Bisa jadi ramuan jamu yang ada di Indonesia bila dikaji dan diteliti dapat ditemukan obat baru untuk berbagai penyakit. Ini didukung oleh keragaman hayati yang ada di Indonesia yang belum diexplore lebih jauh. Semoga suatu saat dapat ditemukan obat dari tanaman asli Indonesia dan ditemukan oleh orang Indonesia sendiri.
Semoga Bermanfaat
Salam
M. Fithrul Mubarok