Bahan kemas obat sangat penting di industri farmasi baik secara kualitas maupun mutu. Dalam struktur BPP (Beban Pokok Produksi) / HPP (Harga Pokok Produksi) obat atau COGS obat bahan baku dan kemas menyumbang lebih dari 50% dari harga obat. Oleh karena itu perlu efisiensi bahan pengemas pada pengadaan bahan baku dan kemas. Pada kali ini saya akan menulis mengenai cara efisiensi terutama pada bahan kemas. HPP yang rendah akan meningkatkan potensi keuntungan perusahaan dan memenangkan persaingan JKN atau ecatalogue.
Hampir setiap orang pernah menggunakan obat-obatan baik untuk mengobati suatu penyakit maupun untuk menjaga stamina agar tetap sehat. Di antara obat yang berbeda di pasar, kami menemukan paket obat yang berbeda. Beberapa dikemas dalam strip, ampul, tas atau botol.
Bahan Kemas Farmasi dan Regulasi
Dalam dunia farmasi, selain obat-obatan, kemasannya juga memiliki regulasi dan dikendalikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Pengemasan obat diperlukan untuk menjaga kualitas obat selama pasien telah menggunakan obat tersebut.
Pada saat kemasan obat dibuka dan kemasan tersebut bersentuhan langsung dengan obatnya, maka kemasan ini disebut kemasan primer, seperti strip, blister pack, bag atau bottle. Terkadang kami membeli obat-obatan dalam botol dan kemasan blister dalam kotak. Nah, kemasan kotak dikenal sebagai kemasan sekunder. Bagaimana dengan tingkat kemasan pihak ketiga selanjutnya? Tentu saja, paket yang mengelilingi paket sekunder dan sebagainya.
Pada saat obat didaftarkan di Badan POM, persyaratan bahan pengemas primer dan sekunder, yaitu kandungan redaksional yang disebutkan pada kemasan dan jenis kemasan yang digunakan (yang dapat menjamin stabilitas obat) harus dipenuhi. Untuk kelompok obat generik, persyaratan perencanaan harus diikuti. Sedangkan untuk bahan kemasan tersier tidak diatur dalam undang-undang.
Di era e-catalogue, ketika harga obat-obatan murah, diperlukan upaya industri farmasi untuk menekan biaya pembuatan obat. Salah satu komponen yang lebih fleksibel untuk diubah adalah bahan kemasan. Dan cara tercepat (karena tidak diatur dalam undang-undang) adalah, misalnya:
- Kurangi berat kotak luar (kemasan tersier)
- Turunkan berat kotak (kemasan sekunder)
- Kurangi berat kotak kotak. box (kemasan sekunder) ukuran strip/bungkus blister
- Tulisan pengurangan warna pada kemasan
- Pengurangan ketebalan botol
- Perubahan kemasan di atas dapat mengurangi biaya bahan pengemas tanpa mengurangi kualitas obat itu sendiri.
Pergantian bahan kemas terutama bahan kemas primer yang kontak produk harus dilengkapi dengan data stabilitas dan kajian yang mendalam untuk memastikan pergantian bahan kemas tidak mempegaruhi kualitas obat. Untuk bahan kemas sekunder dan tersier relatif tidak perlu, kecuali yang pengaruh langsung ke kualitas obat.
Perlu dikaji secara menyeluruh jangan sampai efisiensi ini menyebabkan masalah baru seperti kebocoran produk. Jangan sampai memperbaiki satu hal tapi membuat masalah baru. Harus ada keseimbangan antara efisiensi dan pemenuhan kualitas.
Semoga bermanfaat