Kenapa Kafein digunakan untuk Kalibrasi HPLC ?

Kafein atau kafeina/kofein merupakan senyawa yang sering digunakan untuk kalibrasi HPLC. Kafein ini berbentuk larutan bening yang disimpan dalam botol kecil bening.

Senyawa Kafein

kafein kalibrasi HPLC
Kafein

1,3,7-Trimetilxantin [58-08-2]

C8H10N4O2 (anhidrat)
Monohidrat [5743-12-4]
BM 194,19
BM 212,21

Kofein berbentuk anhidrat atau hidrat yang mengandung satu molekul air. Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H10N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat.


Pemerian Serbuk putih, bentuk jarum mengkilat, biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit; larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus; bentuk hidratnya mengembang di udara.


Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut dalam kloroform; sukar larut dalam eter.
Baku pembanding Kofein BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.

Kenapa kafein ?

Berikut keutungan penggunaan kafein dalam kalibrasi HPLC dibandingkan dengan senyawa lain:

  • Kafein mudah didapatkan di vendor bahan kimia
  • Dapat melingkupi semua rentang gelombang UV (Ultra Violet), dapat melingkupi panjang gelombang seperti di 205 nm, 273 nm dan 245 nm
  • Sangat stabil dan dapat digunakan dalam analisis untuk jangka waktu lama
  • Tidak terdegradasi
  • Relatif murah
  • Aman/tidak beracun
  • Tidak menguap
  • Tidak menempel terlalu lama di kolom serta mudah dibersihkan

Cara Kalibrasi HPLC dengan Kafein

Sampel/preparasi standar:
Persiapan sampel (Conc. 1000 ppm): Timbang secara akurat 100 mg kafein dan pindahkan ke dalam 100 ml bersih dan
labu ukur kering, larutkan dan encerkan sampai tanda dengan air.
Prosedur kalibrasi:

  • Atur sistem HPLC dengan kondisi di atas dan pertahankan aliran selama 30 menit untuk menjenuhkan kolom
  • dengan fase gerak dan menyuntikkan 20 ml air sebagai blanko.
  • Setelah mendapatkan garis dasar dari blanko, injeksikan sampel dalam rangkap dua dan rekam kromatogram.
  • Sekali lagi injeksikan 20 ml air sebagai blanko, jika ada puncak yang diamati pada waktu retensi puncak utama.
  • Hitung % sisa dengan menggunakan rumus yang ditentukan untuk pemeriksaan sisa dan catat pengamatan dalam pengamatan meja.
  • Bandingkan hasil yang diperoleh untuk memenuhi batas, seperti yang diberikan pada tabel observasi

Sumber: https://farmalkes.kemkes.go.id/2020/11/farmakope-indonesia-edisi-vi/


https://farmasiindustri.com
M. Fithrul Mubarok, M.Farm.,Apt adalah Blogger Professional Farmasi Industri pertama di Indonesia, pendiri dan pengarang dari FARMASIINDUSTRI.COM sebuah blog farmasi industri satu-satunya di Indonesia. Anda dapat berlangganan (subscribe) dan menfollow blog ini untuk mendapatkan artikel terkait farmasi industri. Email: [email protected] WhatsApp/WA: 0856 4341 6332

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini