Berikut tulisan dari Bambang Priyambodo mengenai penilisin, selamat membaca
Hari ini, 7 Maret 1929 – tepat 90 tahun yang lalu, sebuah nama disematkan kepada sekumpulan jamur pada sebuah cawan petri di sebuah laboratorium di Rumah Sakit St. Marry di Paddington, Inggris. Sebuah nama yang kemudian menjadi LEGENDA dan TONGGAK SEJARAH dalam dunia farmasi dan kedokteran di seluruh dunia. “PENISILIN” adalah nama yang diberikan oleh Sir Alexander Fleming, seorang dokter yang sangat sederhana, anak seorang petani di Lochfield, Ayrshire, Skotlandia tahun 1881. Ayahnya, Hugh Fleming, meninggal saat usianya baru 7 tahun sehingga sang paman – John Fleming – membiayai sekolahnya hingga lulus menjadi seorang dokter dari St Mary’s Hospital Medical School di Paddington pada tahun 1906 dengan predikat “cumlaude”.
Setelah lulus, dr. Fleming kemudian bekerja dan melakukan riset tentang bakteri, basil dan daya dalam tubuh yang bisa melawan penyakit, di laboratorium bakteriologi terkemuka Sir Almroth Wright. Ia juga terkenal karena daya amatnya yang tajam, pengetahuan analitis dan kemampuannya untuk menyatakan dengan jelas apa yang mau dikatakan dalam tulisan-tulisan ilmiahnya. Berkat itu ia diangkat sebagai professor bakteriologi di “Lembaga Kerajaan untuk ilmu bedah” di London pada tahun 1925.
Namun nama baik sebelumnya ini sama sekali tidak ada artinya ketika ia pada suatu hari di bulan September tahun 1928 menemukan sesuatu yang baru. Tidak ada yang mempercayainya.
JAMUR TAK DIUNDANG
Pada saat itu Professor Fleming sedang sibuk menyelidiki staphylococci, bakteri penyebab nanah berbahaya yang menyebabkan ribuan tentara meninggal dunia gara-gara sepsis yang disebabkan oleh bakteri tersebut.
Untuk tujuan riset ia membiakkan “biang” bakteri tersebut dalam cawan-cawan petri. Pada tanggal 3 September 1928, setelah menghabiskan liburan musim panas selama bulan Agustus, ia menemukan cawan-cawan petri tempat kultur itu ternyata terbentuk suatu jenis jamur.
Setiap ahli riset lain biasanya akan membuang cawan petri itu ke dalam keranjang sampah. Soalnya jamur itu menjadi pertanda bahwa cara kerjanya kotor, dan merupakan suatu celaan bagi seorang bakteriolog. Alexander Fleming sendiri terkenal karena dia merupakan ahli peneliti yang sangat pandai, tetapi ceroboh dan laboratoriumnya sendiri sering terlihat berantakan. Karena penyelidikannya tidak mendapat subsidi, dari rumah sakit St. Mary’s, ia terpaksa bekerja di sebuah laboratorium kecil yang rupanya lebih mirip dengan gudang apotik dan sama sekali tidak bersih. Perlengkapannya juga apa adanya. Fleming sudah sangat terbiasa dengan kejadian-kejadian seperti itu.
Namun kali ini Alexander Fleming tidak segera membuang hasil kultur jamuran itu. Ia memperhatikan dengan saksama perkembangan jamur tersebut. Selama ini semua terjadi serba kebetulan, tetapi sekarang Fleming tergugah untuk mengetahui lebih lanjut. Lingkaran-lingkaran sekeliling jamur itu telah memusnahkan bakteri penyebab nanah itu. Rupanya jamur itu telah menghasilkan suatu bahan yang bisa memusnahkan staphylococci.
Dan bahan seperti itulah yang dicari-cari oleh para dokter di seluruh dunia selama puluhan tahun.
Fleming kemudian mengambil piring petri dengan kedua tangannya lalu lari ke ruangan laboratorium rumah sakit St. Mary untuk menceritakan hal ini kepada rekan-rekannya. Bersama dengan mereka ia selama perang dunia 1 dari tahun 1914 — 1918 bekerja 18 jam sehari dalam sebuah laboratorium perang di Perancis untuk mencari obat melawan staphylococci.
Dengan rasa bangga Fleming memperlihatkan piring petrinya kepada rekan-rekan. Namun mereka rupanya tidak tertarik dan hanya sejenak memperhatikannya.
“Ah, jamur lagi”, katanya dan kemudian mereka pun acuh terhadap penemuan tersebut.
Komentar mereka itu saja. Fleming menjadi tercengang. Namun ia tetap yakin bahwa jamur itulah yang menghancurkan bakteri penyebab nanah itu.
PENGAKUAN YANG TIDAK PERNAH DIDAPAT
Fleming kembali lagi ke laboratoriumnya yang gelap. Semua riset lain disisihkan dan ia sekarang hanya memperhatikan jamurnya yang dalam biologi sudah lama terkenal di bawah nama Penicillium.
Beberapa hari kemudian rekan-rekannya bukan hanya masa bodoh terhadap penemuan Fleming, tetapi malahan mencemoohkannya. Mereka mengejek kalau melihat Fleming sibuk dengan roti atau keju yang jamuran.
Kepala laboratorium Sir Almroth Wright, beberapa kali telah berusaha untuk melarang Alexander Fleming untuk menghabiskan waktunya dengan penicillinnya.
Wiright yang permulaan abad ini merupakan seorang bakteriolog terkemuka di Inggeris, rupanya sudah yakin bahwa tidak mungkin ada suatu antibiotika alamiah. Antibiotika ialah nama ilmiah untuk produk/zat yang bisa mematikan bakteri. Wright menganggap penyelidikan Fleming dengan jamur sebagai “nonsense belaka” dan tidak mau memperbantukan assisten-assisten dan alat-alat laboratorium untuk tujuan tersebut.
Namun Fleming tetap pada pendiriannya dan setiap hari sibuk dengan penemuannya. Penicillin bukan hanya membunuh bakteri penyebab nanah – staphylococci – tetapi juga banyak bakteri patogen Gram-positif lain, seperti kuman yang menyebabkan demam berdarah, radang paru-paru, meningitis dan difteri, tetapi jamur tersebut tidak bereaksi terhadap bakteri penyebab demam tifoid atau demam paratiphoid, yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif. Jamur ini juga mempengaruhi Neisseria gonore, kuman yang menyebabkan penyakit gonore, meskipun bakteri ini adalah Gram-negatif. Sampai musim gugur tahun 1928 Fleming sudah membuktikan dengan serentetan percobaan ilmiah, bahwa penicillin bisa memerangi banyak penyakit berbahaya bagi manusia. Dan bahwa tidak ada efek buruk pada organisme. Tubuh malahan bisa menerimanya dengan baik.
Musim gugur 1928 Alexander Fleming mengumumkan penemuannya pada sebuah seminar ilmiah. Terus terang ia mengharapkan bahwa pekerjaannya akan mendapat sambutan baik di seluruh dunia. Namun tidak ada sesuatu yang terjadi. Ia malahan dianggap seseorang yang mimpi di siang hari bolong, karena Fleming mengatakan bahwa penicillin bukan hanya bisa menyembuhkan satu jenis penyakit infeksi, tetapi semua infeksi yang gawat.
“Lihat saja caranya bekerja, seperti dokter desa yang membuat roti di dapurnya”, seorang rekan mengejek.
Pembelaannya juga dianggap sepi. Ketika pada tanggal 13 Februari 1929 ia harus memberi ceramah mengenai temuannya tersebut di hadapan suatu pertemuan ahli-ahli terkemuka, ternyata beberapa di antara mereka malah mendengkur tidur. Fleming memohon bantuan dan kerjasama, namun tidak ada yang mendengar.
Agar memiliki “nama”, setelah sekian lama hanya disebut sebagai “mould juice”, tepat pada hari ini, 90 tahun silam, Fleming kemudian memberikan nama terhadap jamur temuannya tersebut dengan nama “Penisilin”.
Putus asa, Alexander Fleming kemudian sampai pada titik bahwa ia seorang diri meneruskan percobaannya dengan penicillin. Kini bahan aktip dalam jamur itu harus diisolir, dibersihkan dan dikembangkan supaya bisa digunakan sebagai obat.
Untuk melakukan hal itu ia perlu bantuan seorang ahli kimia. Ia mencoba menghubungi beberapa lembaga terkenal, tetapi semua menolak.
Baru dua tahun kemudian ada seorang rekan, ahli kimia dari London University, Prof. Harold Raistrick, yang mau melakukan percobaan untuk mengisolir penicillin. Ternyata ia terbentur pada kesulitan-kesulitan yang tak terduga. Bahan yang bisa memusnahkan sumber infeksi itu, cepat rusak dan tidak bisa dibuat dalam bentuk sehingga cocok untuk merawat seorang pasien. Professor Raistrick sendiri yakin akan kemampuan bahan tersebut, tetapi ia terpaksa menghentikan percobaannya karena kegagalan tadi.
Hingga tahun 1938, 10 tahun sejak “perkenalan pertamanya” dengan Penisilin, akhirnya Prof. Fleming pun “menyerah” dan putus asa karena tidak ada seorang pun mau membantu. Ia harus menghidupi istri dan anak lelaki satu – satunya. Belum lagi usia Prof. Fleming yang kian menua (51 tahun), akhirnya ia pun menyerah dan meninggalkan temuannya tersebut. Dalam majalah-majalah kedokteran tidak ada sepatah kata pun tentang penicillin. Tidak ada orang yang menyambut idenya. Yang ramai dibicarakan orang saat itu ialah suatu preparat baru: sulfonamide yang ditemukan ole perusahaan raksasa Jerman, Bayer Inc.
Padahal Fleming dalam test-test laboratoriumnya sudah lama mengetahui bahwa penemuannya jauh lebih baik dan daya kerjanya lebih luas dibandingkan dengan sulfonamide. Namun ia juga yakin percuma untuk melawan arus ilmu.
Ketika tahun 1935 preparat sulfonamid “Prontosil” masuk ke dalam pasaran, segera larisnya seperti pisang goreng di seluruh dunia. Penicillin Fleming masih tetap belum bisa difilter dan tidak mempunyai kesempatan.
Rupanya memang sudah seharusnya jalannya demikian. Ribuan orang harus mati karena infeksi dulu. Dan Fleming kini sibuk dengan pekerjaan ilmiahnya sehari-hari. Penicillin tahun 1938 sudah dilupakan orang, seperti tidak pernah ada
SANG PELARIAN , SANG PENYELAMAT
Sama kebetulannya ketika tahun 1928 Alexander Fleming menemukan jamur dalam kultur staphylokoknya, sepuluh tahun kemudian ia berjumpa dengan ahli kimia Dr. Ernst Boris Chain.
Chain, pria kelahiran Jerman dan sudah sejak 1933 lari ke Inggris untuk menghindari Hitler. Ia mendapat tempat di Universitas Oxford tetapi sampai 1938 tidak ada sesuatu yang benar-benar menarik perhatiannya. Karena itu di waktu senggangnya ia suka membaca artikel-artikel ilmiah lama dan ditemuinya tulisan Fleming mengenai penicillin. Apa yang dibaca Chain, menggugah perhatiannya, sama seperti yang diharapkan Fleming tahun 1928.
Segera Chain dalam laboratoriumnya di Oxford meniru percobaan-percobaan itu seperti yang diceritakan oleh Fleming. Permulaan 1939 Dr. Chain memberitahu kepalanya Prof. Howard Florey tentang percobaan-percobaannya.
Ternyata Florey sama entusiasnya seperti Chain dan mereka segera mulai riset pada titik Alexander Fleming tidak bisa terus, karena kekurangan pengetahuan mengenai hal itu.
Memang harus diakui bahwa ilmu kimia tahun 1938 sudah jauh lebih maju dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya. Misalnya cara pengeringan pada titik beku sudah ditemukan.
Dengan bantuan metode itu Dr. Chain akhirnya tahun 1940 berhasil untuk membersihkan dan mengisolir penicillin, biarpun pada permulaan juga menemui kesulitan.
Pada tanggal 5 Mei 1940 Prof. Florey dan Dr. Chain menginjeksi delapan ekor tikus dengan dosis streptokok yang absolut mematikan. Empat dari tikus yang sudah diinfektir itu diberi penicillin yang sudah dikonsentrir dan dibersihkan itu lalu dimasukkan dalam kandang tersendiri. Yang empat di biarkan begitu saja.
Lalu kedua ilmuwan itu duduk semalam suntuk menunggu kandang-kandang tikus itu. Mereka hampir tidak bernafas karena tegang. Setelah beberapa jam mereka sudah melihat hasilnya. Tikus penicillin masih segar, yang lain mulai loyo. Keesokan harinya tikus penicillin masih berlari-lari seperti tidak ada apa-apa, yang lain sudah mati.Untuk lebih pasti eksperimen itu dilakukan lagi dengan 50 ekor tikus. Duapuluh empat tetap hidup berkat perawatan dengan penicillin.
Pada saat itulah Professor Florey dan Dr. Chain kemudian mengadakan hubungan dengan Alexander Fleming.
Semua ramalannya tentang penicillin telah menjadi kenyataan. Bersama dengan penemunya mereka kini mau memperkenalkan obatnya yang hebat kepada dunia.
Ketiga ilmiawan itu merupakan suatu trio yang luar biasa. Tidak ada yang mau lebih menonjol di atas yang lain. Juga tidak ada yang mau mengambil untung untuk dirinya sendiri. Tiga-tiganya secara tulus iklas ingin membantu umat manusia.
Akhir tahun 1940 umat manusia lebih memerlukan obat, seperti penicillin. Sekali lagi Eropa masuk dalam kancah peperangan. Cedera yang disebabkan senjata modem jauh lebih hebat dibandingkan dengan perang dunia I. Dan ilmu pengetahuan masih tetap tidak berdaya menghadapi infeksi.
Orang pasti berpikir bahwa sekarang tiba waktunya lembaga ilmiah dan negara untuk menyediakan dana bagi produksi besar-besaran antibiotika itu.
Ternyata dugaan itu meleset !!!
Percobaan dengan 58 ekor tikus belum merupakan bukti tentang kehebatan bahan baru itu. Lembaga-lembaga negara Inggris menolak untuk memberi bantuan. Perang menghabiskan semua dana dan menurut perhitungan belum ditemukan jalan untuk membuat penicillin secara- besar-besaran.
HOME-MADE PENICILLIN
Sungguh ironis bahwa pada saat itu banyak serdadu harus mati karena infeksi. Namun Fleming, Florey dan Chain tidak mau menyerah kalah. Mereka dengan susah payah memproduksi “home-made” penicillinnya “seperti dokter hutan” kata seorang rekan mereka dengan nada mengejek.
Tak heran kalau hasilnya hanya sedikit sekali. Namun pada tahun 1941 itu mereka sudah mempunyai persediaan cukup untuk membantu satu pasien.
Februari 1941 mereka menemukan satu pasien yang cocok di Oxford: seorang polisi yang keracunan darah dan sudah dirawat dengan semua obat yang ada, dan waktu itu sudah menunggu ajalnya.
Tanggal 12 Pebruari 1941 polisi yang satu kakinya sudah ada dalam kubur itu (diamputasi karena infeksi), diberi injeksi penicillin pertama. Injeksi ini diulangi setiap tiga jam. Setelah 24 jam keadaannya sudah berubah dengan dramatis.
Luka-lukanya tidak mengeluarkan nanah lagi, panasnya turun. Namun ketika keadaan pasien tambah baik, persediaan penicillin tambah tipis.
Sekarang tidak bisa disangsikan lagi bahwa obat baru itu telah menyelamatkan jiwa polisi tersebut. Tetapi obatnya sudah habis. Kultur yang dibuat dalam Universitas Oxford tidak cukup untuk meneruskan perawatan itu. Polisi tersebut meninggal tanggal 15 Maret.
Alexander Fleming dan team ahli dari Oxford menjadi bimbang. Mereka tahu artinya penicillin bagi diri sendiri, tetapi apa pentingnya untuk ilmu pengetahuan. Hanya percobaan pada 58 ekor tikus dan satu manusia, yang malahan meninggal juga.
Tidak ada orang yang mau mengerti bahwa orang itu meninggal karena kekurangan penicillin dan bukan karena penicillin itu sendiri. Tidak ada lembaga pemerintah yang bisa memberi subsidi atas dasar hasil ini, padahal tanpa uang penyelidikan tidak bisa dilangsungkan lebih lanjut.
PERJUANGAN ITU PUN BERBUAH MANIS: HADIAH NOBEL
Fleming, Florey dan Chain kini bertekad untuk tidak mencari dana di Eropah lagi, tetapi memalingkan diri kepada Amerika. Bulan Juni 1941 Prof. Florey pergi ke Amerika dan musim gugur tahun itu juga Lembaga Rockefeller sudah memberi bantuan keuangan yang besar.
Musim panas 1942 sudah dihasilkan demikian banyak penicillin sehingga perawatan demonstrasi pertama sudah dapat dilakukan. Permulaan 1943 di Amerika produksi penicillin secara besar-besaran sudah dimulai.
Mula-mula tempat produksi di Peoria, Amerika Barat Tengah, hanya bisa menghasilkan 400 juta unit penicillin dalam waktu 5 bulan.
Namun dengan bertambah banyaknya korban dalam perang dunia II, lebih banyak orang yang berhasil diselamatkan karena antibiotika lebih banyak ahli yang menyediakan diri untuk mempercepat produksi penicillin.
Apa yang selama 10 tahun mutlak tidak mungkin, kini dilakukan seperti sesuatu yang memang seharusnya. Bulan Desember 1943 Amerika menghasilkan 9,2 milyar unit penicilin dalam waktu 4 minggu.
Untuk membuktikan kehebatan penicillin, mungkin angka-angka ini bisa memberi bukti yang jelas. Kalau selama perang dunia I dari 100 serdadu yang mendapat cedera pada kaki rata-rata 70 harus diamputasi kakinya supaya jangan meninggal karena infeksi dalam perang dunia II dengan perawatan penicillin hanya 20 dari 100 yang harus mengalami nasib yang sama.
Selama perang masih berkecamuk semua penicillin dimonopoli oleh tentara Sekutu. Bahkan setelah perang usai, obat itu masih harus dijatah. Obat itu nilainya seperti emas. Waktu itu tidak ada orang yang bisa membayangkan bahwa pada suatu hari orang pilek saja sudah bisa dirawat dengan penicillin.
Berkat jasa-jasanya terhadap umat manusia, ketiga ilmuwan tersebut : Prof. Alexander Fleming, Prof. Howard Florey dan Dr . Ernst Boris Chain pada tahun 1945 akhirnya mendapat hadiah Nobel untuk kedokteran. Seperti kata Sir Henry Harris, ilmuwan kondang Inggris pada tahun 1998, “Without Fleming, no Chain; without Chain, no Florey; without Florey, no Heatley; without Heatley, no penicillin.”
Sampai akhir hayatnya Fleming dibanjiri dengan bintang- bintang dan penghargaan. la juga sudah diangkat menjadi ningrat dengan gelar “Sir” oleh Raja Goerge IV pada tahun 1944. Namun orang Skotlandia itu tetap seperti sebelumnya, seorang ilmiawan yang rajin, penuh dedikasi dan cerdas. la sama sekali tidak mabuk kemenangan dan hanya tetap ingin bekerja untuk meringankan penderitaan para orang sakit.
Penicillin tidak membuat dia bertambah kaya. la telah mengumumkan penemuannya tanpa minta patent sebelumnya. la tidak menerima sepeserpun dari perusahaan-perusahaan farmasi, yang akan memberinya uang bermilyar-milyar Poundsterling dan menjadikannya kaya-raya.
Sampai meninggal tanggal 11 Maret 1955 ia bekerja terus dalam laboratoriumnya yang kurang mentereng di rumah sakit St. Mary. Dan kalau ia harus memberi ceramah kepada ahli-ahli muda ia tidak pernah lupa mengucapkan pidato sebagai berikut:
“Bukan saya yang menemukan penicillin, tetapi saya hanya menemukan apa yang dihasilkan oleh alam. Satu-satunya jasa saya ialah bahwa saya kebetulan melihat suatu gejala dan terus mengikutinya. Saya menganjurkan kalian supaya jangan menyesali kekurangan, yang memang merupakan sifat dari ilmu pengetahuan: Para ahli menunggu sampai sesuatu terjadi. Anda jangan menunggu. Jangan menganggap remeh sesuatu yang tampak tidak mungkin.Memang adakalanya hampa belaka. Tetapi kadang-kadang toh ada kebenaran yang penting. Jangan sekali-kali melakukan satu hal: membiarkan otak anda membeku karena suatu doktrin ilmiah yang dianggap benar.”
Sir Alexander Fleming telah “mewariskan” sesuatu yang amat sangat berharga bagi umat manusia. Adalah menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk manjaga “warisan” tersebut dengan BIJAK agar bisa kita wariskan kepada anak cucu kita kelak.
Mari kita jaga dan gunakan ANTIBIOTIK dengan bijaksana.
SEMOGA BERMANFAAT