Berikut materi tanaman herbal dari Bambang Priyambodo, post lain dari Bambang Priyambodo dapat dibaca disini.
Dalam session diskusi di channel Telegram tadi malam, ada komentar menarik dari Ibu Prof. Nurfina Aznam soal tanaman-tanaman yang dilarang digunakan sebagai obat herbal. Beliau menyatakan bahwa sebagian dari tanaman – tanaman tersebut merupakan senyawa marker yang bisa di-explore untuk menjadi senyawa obat. Tiba-tiba saya jadi teringat kisah seorang ilmuwan dari daratan China yang berhasil menemukan senyawa obat yang sangat sukses menurunkan angka kematian akibat penyakit malaria – ARTEMISININ – di saat yang sangat tepat, ketika obat malaria yang digunakan sebelumnya yaitu Klorokuin dan Kina sudah tidak mempan lagi. Atas penemuannya ini, wanita sederhana yang dilahirkan pada tahun 1930 di kota Ningbo, Zhejiang ini pun diganjar hadiah Nobel dan menjadikannya wanita pertama di Asia yang menerima hadiah Nobel di bidang Kedokteran. Beliau adalah TU YOUYOU.
Kesuksesan Tu Youyou dalam menemukan senyawa anti malaria bisa dikatakan adalah “buah” dari ketekunan dan kerja yang sangat keras, bahkan nyawanya sendiri hampir melayang ketika dalam proses penemuan tersebut.
Kisah Tu menemukan Artemisinin dari tanaman Artemisia annua (yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai tanaman apsintus) ini berawal dari peristiwa yang sedikit tragis.
Tiongkok pada tahun 1969, saat itu dipimpin oleh Mao Zedong yang sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi militer. Dalam perang Vietnam, Ketua Mao berafiliasi dengan tentara Vietnam Utara yang saat itu sedang kewalahan menghadapi tentara Vietnam Selatan akibat wabah malaria.
Ketua Mao kemudian mengumpulkan seluruh peneliti dari daratan Tiongkok, termasuk Tu yang saat itu bekerja di Academy of traditional Medicine di Beijing. Perintah Ketua Mao sangat tegas: cari dan temukan obat malaria di seluruh pelosok China untuk menolong pasukan Vietnam Utara melawan pasukan Vietnam Selatan dengan kekuatan penuh. Proyek yang diberi nama oleh Perdana Menteri Zhou Enlai: Project 523 karena mulai resmi diluncurkan pada tanggal 23 Mei 1967.
Tu menerima tugas tersebut dengan sepenuh hati hingga mengorbankan kehidupan pribadinya. Wanita tersebut dikirim oleh Pemerintah Tiongkok ke daerah – daerah yang paling terdampak malaria, yang hampir saja merengut nyawanya akibat keganasan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk plasmodium falciparum ini. Salah satu daerah yang paling terdampak wabah malaria adalah Hainan, daerah tropis di bagian selatan Tiongkok yang sudah bertahun-tahun memgalami wabah malaria.
Tu yang saat itu berusia 39 tahun, dengan tekun meneliti satu persatu dokumen – dokumen pengobatan Tiongkok yang sudah berusia ratusan tahun. Lebih dari 2.000 resep tradisional Tiongkok kuno mereka pelajari dan lebih dari 200 ramuan mereka coba pada hewan uji. Akhirnya, Tu dan teamnya menemukan sebuah tanaman herbal yang sebenarnya dilarang digunakan oleh pemerintah Tiongkok karena sifatnya yang sangat keras ditambah dengan sulitnya “penyajian” resep ini karena hanya bisa diekstrak dalam kondisi suhu dingin. Tanaman yang pada resep kuno mereka sebut dengan obat “demam berselang-seling” alias “panas turun naik” yang sangat cocok dengan gejala penyakit malaria. Tanaman yang kemudian dikenal dengan nama Artemisia annua inilah yang kemudian berhasil diekstrak oleh Tu dan teamnya untuk menjadi obat malaria yang berhasil menyelamatkan jutaan nyawa manusia di seluruh dunia..
#KisahObatHerbal
#KisahArtemisinin
#DitulisSambilNungguAntrianGantiATMÂ (gak penting banget).
.