Air baku diberi perlakuan dengan natrium hipoklorit (NaOCl) pada sistem pengolahan air farmasi, sehingga konsentrasinya mencapai 2-4 ppm. Proses klorinasi ini bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba dalam air, sehingga membantu sistem pengolahan menghasilkan air murni dengan kualitas mikrobiologi tertentu.
Mekanisme Klorin
Mekanisme Kerja Klorin: Ketika natrium hipoklorit dilarutkan dalam air, terbentuk asam hipoklorit dan ion hipoklorit. Ion-ion ini, yang dikenal sebagai ‘klorin bebas,’ berperan dalam membasmi mikroba dalam air. Ion-ion ini sangat reaktif, mampu menembus dinding sel melalui lipid, dan menghancurkan enzim di dalam sel tersebut.
Namun, tidak semua klorin bebas habis digunakan dalam proses klorinasi. Klorin yang tersisa, disebut ‘klorin residu,’ dapat memengaruhi hasil analisis mikrobiologi air dan menyebabkan hasil yang tidak akurat.
Untuk menetralisir klorin residu, natrium tiosulfat (Na2S2O3) bisa digunakan. Senyawa ini bereaksi membentuk natrium hidrogen sulfat atau natrium bisulfat yang merupakan garam tidak aktif.
Na2S2O3 + 4HOCl + H2O —–> 2NaHSO4 + 4HCl.
Tambahkan 0,1 ml larutan natrium tiosulfat 10% ke dalam botol sampel air sebelum proses sterilisasi. Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan 100 gram kristal natrium tiosulfat dalam 500 ml air, lalu menambahkan air hingga volume total 1000 ml. Larutan ini bisa disimpan dalam lemari pendingin selama enam bulan.
Netralisasi klorin residu ini memungkinkan pengukuran jumlah mikroba dalam sampel air dengan lebih akurat, tanpa mengganggu hasil pemulihan mikroba.