Kondisi Industri Farmasi Indonesia

Berikut kondisi industri farmasi indonesia, Industri Farmasi di Indonesia memiliki peluang yang besar untuk tumbuh, ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah industri farmasi di Indonesia, di mana dalam periode 5 tahun terakhir (2015 – 2019), industri farmasi dalam negeri telah bertambah sebanyak 132 industri baru, yakni dari sejumlah 198 industri pada tahun 2015 meningkat menjadi 230 industri pada tahun 2019, sedangkan industri bahan baku obat juga meningkat dari sejumlah 8 industri pada 2016 menjadi 14 industri di tahun 2019. Dari seluruh industri tersebut terbagi menjadi tiga jenis perusahaan yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta domestik dan Multi-National Company (MNC), di mana sebagian besar merupakan perusahaan swasta domestik.

kondisi industri farmasi indonesia

Kondisi Industri Farmasi Indonesia terkini

Sementara itu, dengan jumlah penduduk sebesar 270 juta jiwa, merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan menjadi terbesar keempat dunia, Indonesia memiliki ukuran pasar farmasi yang sangat besar. Indonesia merupakan pangsa pasar farmasi terbesar di kawasan ASEAN, yaitu mencapai 27,8% dari total pangsa pasar ASEAN atau mencapai USD 5,93 miliar pada tahu 2014. Secara global pasar farmasi dikuasai oleh negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, serta negara-negara di kawasan Eropa, sedangkan pasar farmasi Indonesia berada di peringkat ke-26 dunia.

Sementara 73% pangsa pasar farmasi nasional didominasi oleh perusahaan farmasi lokal. Kondisi ini merupakan hal yang sangat membanggakan karena hanya satu-satunya negara di kawasan ASEAN di mana perusahaan lokal mendominasi pangsa pasar. Negara lain seperti Singapura, Malaysia dan Thailand pangsa pasar farmasinya dikuasai oleh Perusahaan Asing/Multi-National Company.

Mengingat obat-obatan (farmasi) merupakan kebutuhan utama dengan tingkat urgensi kebutuhan yang tinggi, sehingga kebutuhan terhadap produk farmasi akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tidak terpengaruh dengan pasang surutnya kondisi ekonomi di suatu negara. Tren total market share sektor farmasi di Indonesia mengalami peningkatan yaitu dari Rp. 65,9 triliun pada 2016 menjadi Rp. 88,36 triliun pada 2019 menunjukkan meningkatnya permintaan dan konsumsi terhadap obat- obatan. Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat Indonesia yang terus meningkat tentang pentingnya kesehatan dan perlunya obat-obatan. Selain itu juga didorong oleh peningkatan pendapatan masyarakat kelas menengah yang juga meningkat, yang meningkatkan daya beli mereka terhadap obat-obatan dan suplemen kesehatan. Pasar sektor farmasi diperkirakan juga akan terus meningkat beberapa tahun mendatang dengan adanya implementasi Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Program ini terus ditingkatkan untuk menjangkau masyarakat luas dan ditargetkan akan memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia, sehingga jumlah peserta JKN-KIS akan semakin bertambah dari tahun ke tahun. Dengan bertambahnya kepesertaan, makapermintaan obat-obatan juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Indonesia          diperkirakan            masih mempunyai pertumbuhan yang cukup tinggi di sektor farmasi, mengingat konsumsi obat per kapita Indonesia paling rendah di antara negara-negara ASEAN. Rendahnya konsumsi obat per kapita Indonesia tidak hanya disebabkan karena rendahnya daya beli tapi juga pola konsumsi obat di Indonesia berbeda dengan di negara-negara ASEAN lainnya. Di Malaysia misalnya, pola penggunaan obat lebih mengarah pada obat paten. Harga obat paten jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga obat branded generic.

Dengan makin membaiknya pendapatan per kapita dan sistem jaminan kesehatan Indonesia yang semakin berkembang, maka nilai peredaran obat di Indonesia akan besar. Keadaan ini tentu akan mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan industri farmasi Indonesia di masa mendatang. Berdasarkan potensi tersebut, Industri Farmasi Indonesia berada pada posisi ke 20 besar di dunia pada tahun 2017 serta diperkirakan meningkat pada posisi ke 19 pada tahun 2020.

Secara global, perdagangan produk farmasi dunia terus mengalami peningkatan, selama 4 tahun (2016-2019), ekspor produk farmasi seluruh dunia menunjukkan tren peningkatan 7,8% dari USD 492 miliar pada tahun 2016 menjadi USD 611 miliar pada tahun 2019. Pasokan produk farmasi di pasar dunia didominasi oleh negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Negara-negara Eropa Barat menguasai perdagangan farmasi secara dominan, hal ini dikarenakan banyaknya pemain di sektor farmasi yang berasal dari kawasan tersebut, seperti Swiss, Belanda dan Belgia, kemudian baru diikuti Amerika Utara dan Asia. Tiongkok dan India merupakan dua big player Asia berdasarkan pangsa pasar jumlah volume produk farmasi.

Pada tahun 2019, sepuluh negara eksportir produk farmasi terbesar memasok sekitar 77% dari total permintaan dunia. Jerman menduduki peringkat pertama dengan nilai ekspor sekitar USD 89,6 miliar pada tahun 2019, kemudian disusul Swiss dan Amerika Serikat, dengan nilai ekspor masing- masing USD 83,0 miliar dan USD 53,6 miliar. Big player Asia yaitu India dan Tiongkok masing-masing berada di peringkat 11 dan 15 dengan kontribusi 2,7%   dan   1,5%.   Sedangkan   Indonesia hanya menguasai kurang dari 0,1% pangsa pasar dunia atau sebesar USD 556 juta pada 2019, dan menunjukkan tren penurunan ekspor produk farmasi ke seluruh dunia sebesar 0,8% selama 2016- 2019. Keadaan ini menyebabkan Indonesia hanya menempati urutan ke- 44 pada tahun 2019.

Research and Development (R&D) merupakan kunci utama pengembangan farmasi sehingga mengakibatkan suatu negara dapat meningkatkan penetrasi pasar produk farmasinya. Kenyataan inilah yang mendorong negara-negara Eropa dan Amerika Serikat menjadi pemasok utama produk farmasi di pasar dunia. Hal ini ditunjukkan dengan tren positif peningkatan ekspor pada masing- masing negara pemasok utama (kecuali Inggris). Selain itu, kemampuan melakukan penetrasi pasar juga didukung oleh kemampuan menyajikan dan mengikuti kepatuhan peraturan dalam pasar tersebut. Standardisasi
produk di Uni Eropa dan Amerika Serikat cukup tinggi dan memberikan tambahan biaya yang tidak sedikit. Uni Eropa sudah memiliki like standards dengan Amerika Serikat sehingga Uni Eropa dapat mengembangkan pasarnya dengan pesat di antar Uni Eropa sendiri dan di pasar Amerika Serikat.

Peningkatan penjualan farmasi dunia juga didukung oleh data IQVIA (perusahaan yang menyediakan data dan analitik untuk industri kesehatan), yang menunjukkan bahwa penjualan farmasi dunia meningkat sebesar 4,6% selama periode 5 tahun terakhir (2016-2020), dan diperkirakan akan terus meningkat mencapai USD 1,6 triliun pada tahun 2025. Pertumbuhan pasar farmasi ini disebabkan oleh berbagai macam permintaan akan kesehatan dunia, peningkatan kelayakan hidup di dunia juga mengakibatkan peningkatan permintaan produk farmasi.

Peningkatan pasar farmasi juga didorong oleh respon terhadap penanganan pandemi COVID-19. Total pengeluaran kumulatif untuk vaksin COVID-19 sampai dengan tahun 2025 diperkirakan mencapai USD 157 miliar, yang didorong oleh gelombang awal pelaksanaan vaksinasi yang diharapkan akan selesai pada tahun 2022 (mencapai sekitar 70% populasi dunia). Pada tahun-tahun berikutnya, suntikan penguat akan dilakukan setiap dua kali setahun untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan terhadap kemunculan varian virus baru. Pengeluaran untuk vaksin pada tahun 2021 diperkirakan menjadi yang tertinggi mencapai USD 54 miliar dengan

kampanye vaksinasi besar-besaran yang sedang dilakukan di seluruh dunia. Selanjutnya pengeluaran untuk vaksin diperkirakan akan menurun hingga menjadi USD 11 miliar pada tahun 2025,yang    disebabkan    oleh    meningkatnya persaingan dan volume vaksin.

sumber

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini

Banner BlogPartner Backlink.co.id