Lean Six Sigma di Industri Farmasi

Lean Six Sigma (LSS) adalah hasil dari penggabungan dua metode yang awalnya diterapkan secara terpisah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam dunia bisnis. Secara singkat, Six Sigma adalah pendekatan berbasis data yang bertujuan menciptakan proses yang berjalan konsisten dengan kesalahan yang minim, sementara Lean bertujuan menghilangkan tahap-tahap dalam proses manufaktur yang tidak memberikan nilai tambah.

Industri farmasi adalah industri manufaktur yang mempunyai regulasi ketat CPOB, ini menjadi tantangan sendiri dalam penerapan Lean Six Sigma di industri farmasi.

Sumber gambar :https://leansixsigmagroep.nl/en/lean-agile-and-six-sigma/what-is-lean-six-sigma/

Konsep Lean Six Sigma (LSS)


LSS menggabungkan prinsip-prinsip Lean Manufacturing dan Six Sigma untuk memperbaiki efisiensi dan kualitas dalam proses bisnis. Fokusnya adalah pada identifikasi dan penghapusan pemborosan, pengurangan variasi, serta memperbaiki aliran proses secara keseluruhan. Dengan metode ini, organisasi didorong untuk memberdayakan karyawan dalam menemukan dan menyelesaikan masalah, yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan pelanggan sekaligus menghemat biaya.

Secara garis besar, Lean Six Sigma adalah perpaduan dua metode yang dirancang untuk meningkatkan hasil melalui eliminasi kesalahan dan pemborosan dengan menggunakan alat-alat yang teruji.

Penerapan LSS di Industri Farmasi


Lean Six Sigma telah diterapkan di berbagai industri, termasuk farmasi, misalnya oleh GlaxoSmithKline dalam proses pengembangan obat mereka. Mengingat tingginya biaya produksi obat, penggunaan Lean Six Sigma membantu meningkatkan peluang keberhasilan produk secara komersial. Statistik menunjukkan bahwa penerapan LSS menjamin hanya ada 3,4 cacat atau kurang dalam setiap satu juta aktivitas. Perusahaan farmasi memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dari perusahaan lainnya, salah satunya adalah pengaruh minimal dari pelanggan terhadap produk yang mereka gunakan.

LSS juga terbukti bermanfaat mulai dari penemuan molekuler hingga uji klinis dan penerapan teknologi analitik (PAT). Dengan LSS, waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan bagi obat inovatif yang memenuhi semua persyaratan pun dapat dipersingkat.

Alat-alat dalam LSS


Lean Six Sigma menggunakan berbagai alat dari dua metode utama ini. Beberapa alat Lean yang digunakan adalah:

  • 1.6S (5S + Safety)
    Alat ini membantu mengatur ruang kerja agar lebih efisien dan aman. Lima prinsip utama yang diterapkan dalam 6S adalah:
  • Sort (Pemilahan): Menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan.
  • Set in Order (Atur): Menata barang yang diperlukan secara logis.
  • Shine (Bersihkan): Menjaga kebersihan dan kerapihan tempat kerja.
  • Standardize (Standarisasi): Membuat proses yang konsisten.
  • Sustain (Pertahankan): Memastikan perbaikan dijaga terus-menerus.
  • Safety (Keselamatan): Menerapkan langkah-langkah keselamatan kerja yang terintegrasi dengan proses.
  • 2.Kaizen
    Kaizen adalah alat untuk melakukan perbaikan kecil namun terus-menerus. Kaizen mendorong karyawan untuk terlibat aktif dalam menemukan cara-cara meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan kualitas dalam organisasi.
  • 3.Gemba (Go & See)
    Gemba adalah prinsip yang mendorong untuk langsung terjun ke lokasi kerja untuk mengamati proses secara langsung. Dengan memahami kondisi nyata, organisasi dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi secara real-time, membuat keputusan yang lebih baik, dan memberikan solusi yang lebih efektif.
  • 4.Pemetaan Aliran Nilai (VSM)
    Alat ini digunakan untuk memetakan alur informasi dan material dalam proses produksi. Pemetaan ini membantu mengidentifikasi aktivitas yang memberikan nilai tambah dan yang tidak, sehingga organisasi dapat merampingkan proses, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan efisiensi.

Tidak hanya mendorong peningkatan berkelanjutan tetapi juga memberdayakan tim untuk membuat keputusan berdasarkan data yang menghasilkan hasil berkualitas lebih tinggi dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Menerapkan VSM dapat memberikan kontribusi signifikan untuk mencapai keunggulan operasional dan mempertahankan keunggulan kompetitif di pasar yang dinamis saat ini

  • 5.Jikoda/Autonomy:
    Ketika terjadi cacat, produksi akan terhenti.

Alat Jikoda/Autonomy dalam Six Sigma adalah metode yang digunakan untuk memberdayakan karyawan dalam membuat keputusan dan bertanggung jawab atas proses kerja mereka. Alat ini mendorong individu untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah sendiri, yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam suatu organisasi. Dengan mempromosikan otonomi, karyawan dapat berkontribusi pada upaya peningkatan berkelanjutan dan mendorong perubahan positif dalam perusahaan.

  • 6.Kanban:
    Pendekatan manajemen inventaris yang menyoroti inventaris rendah atau berlebihan.

Kanban adalah alat visual yang digunakan dalam metodologi Six Sigma untuk mengelola alur kerja dan meningkatkan efisiensi dalam industri manufaktur dan jasa. Alat ini membantu tim memvisualisasikan pekerjaan, membatasi pekerjaan yang sedang berlangsung, dan memaksimalkan efisiensi dengan memberi sinyal kapan harus memulai tugas baru berdasarkan ketersediaan sumber daya. Papan Kanban biasanya terdiri dari kolom-kolom yang mewakili berbagai tahap proses, dengan kartu-kartu yang mewakili tugas-tugas individual yang bergerak melalui kolom-kolom tersebut seiring dengan kemajuan pekerjaan. Alat ini memungkinkan tim untuk mengidentifikasi hambatan, memprioritaskan tugas, dan terus meningkatkan proses mereka untuk mencapai kinerja yang optimal.

Alat-alat Six Sigma


Untuk mengatasi masalah apa pun, prosedur ini menerapkan kerangka kerja DMAIC.

Kerangka kerja DMAIC dalam Six Sigma adalah metodologi pemecahan masalah terstruktur yang digunakan untuk meningkatkan proses dengan menghilangkan cacat dan variasi.

DMAIC adalah singkatan dari Define (Pendefinisian), Measure (Pengukuran), Analyze (Penganalisisan), Improve (Perbaikan), dan Control (Pengendalian), yang mewakili lima fase kerangka kerja.

D – Dalam fase Define (Pendefinisian), tujuan proyek dan persyaratan pelanggan ditetapkan. Pada fase ini, tujuan proyek dan masalah keduanya ditetapkan

M – Fase Measurement (Pengukuran) melibatkan pengumpulan data untuk mengukur kinerja proses saat ini. Pada titik ini, variabel proses, data, dan kapabilitas dikumpulkan dan dinilai

A – Fase Analyze (Penganalisisan) berfokus pada identifikasi akar penyebab cacat dan variasi. Akar penyebab cacat diselidiki.

I – Selama fase Improve (Perbaikan), solusi diterapkan untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi. Pendekatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan prosedur direkomendasikan.

C – Fase Kontrol memastikan bahwa perbaikan berkelanjutan dari waktu ke waktu melalui pemantauan dan standarisasi. Sistem kontrol diterapkan untuk memastikan bahwa perbaikan berkelanjutan

Kesimpulan


Lean Six Sigma memanfaatkan kekuatan sinergis dari proses gabungan dengan berkolaborasi untuk mengatasi variasi dalam proses yang telah ditunjukkan Lean. Ini mempertahankan siklus yang menurunkan biaya produksi dan menjamin bahwa konsumen akan menerima produk yang diinginkan.

Pemborosan dan kesalahan dalam pembuatan obat-obatan telah dihilangkan karena penerapan LSS dalam industri farmasi. Metode ini telah mengurangi biaya produksi dan telah terbukti menjadi salah satu alat yang paling efektif di sektor ini.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini

Banner BlogPartner Backlink.co.id