Eksipien adalah kelompok bahan yang sangat beragam dan kompleksitasnya tidak dapat digambarkan hanya dengan deskripsi sederhana. Sebagai contoh, “laktosa” bisa hadir sebagai kristal anhidrat atau hidrat, di mana sifat pemadatannya sangat bervariasi tergantung pada metode pengolahannya dan kandungan anomeriknya.
Sumber gambar : https://www.pharmaexcipients.com/news/stability-levothyroxine-sodium-pentahydrate/
Untuk memahami karakteristik eksipien yang dibutuhkan dalam suatu formulasi, deskripsi eksipien harus mencakup lebih dari sekadar komposisi kimia atau nama umum yang biasa digunakan dalam literatur standar. Sebuah pendekatan sistematis atau “taksonomi” mungkin diperlukan untuk secara tepat menentukan jenis eksipien yang akan digunakan dalam formulasi tertentu. Studi kasus akan disajikan untuk menunjukkan pendekatan taksonomi dasar ini, dengan menyoroti celah dalam klasifikasi dan nomenklatur eksipien yang ada saat ini.
Namun, penggunaan eksipien yang lebih cerdas dan beragam juga bergantung pada pemahaman mendalam dari Perumus Pengembangan Produk. Mereka harus mempertimbangkan dengan cermat mengapa, di mana, dan bagaimana menggunakan eksipien tertentu serta kualitas spesifiknya untuk mencapai fungsi yang diinginkan dalam suatu formulasi. Tantangan ini mungkin sulit dipahami oleh peninjau CMC di badan regulasi yang tidak memiliki latar belakang farmasi atau pengalaman dalam formulasi produk yang dirancang untuk melewati paten RLD, seperti dalam kategori PIV ANDA.
Contoh Kasus dalam Penggunaan Eksipien untuk Pengembangan Produk:
- Kasus 1: Penggunaan Dua Kualitas Eksipien dalam Tablet dengan Muatan Obat Rendah
Dalam formulasi tablet dengan muatan obat sangat rendah (kurang dari 1,0%), laktosa anhidrat digunakan sebagai pengisi karena permukaan kasarnya mampu menahan zat aktif dengan baik. Ini membantu dalam menjaga keseragaman campuran akhir dan keseragaman isi tablet. Namun, untuk memastikan sifat alir yang baik, pada tahap berikutnya digunakan Laktosa Monohidrat Fast Flo bersama dengan Avicel PH102 yang merupakan kelas selulosa mikrokristalin, memberikan peningkatan sifat alir dalam campuran akhir. - Kasus 2: Penggunaan Eksipien untuk Mengatasi Segregasi pada API dengan Kepadatan Massa Tinggi
Galantamine HBr, dengan kepadatan massa tinggi, menghadapi masalah segregasi yang mempengaruhi keseragaman isi tablet. Penambahan selulosa mikrokristalin dengan ukuran partikel tertentu dan modifikasi laktosa monohidrat NF (Fast Flo) memungkinkan untuk mempertahankan keseragaman campuran dan keseragaman isi tablet, yang menghasilkan produk yang lebih stabil. - Kasus 3: Perubahan Kualitas Eksipien (Polimer Hidrofilik) dalam Formulasi untuk Meningkatkan Stabilitas Produk
Dalam kasus formulasi Bupropion HCl SR 150 mg, ditemukan bahwa penggunaan HCl untuk granulasi basah menyebabkan degradasi polimer hidroksipropil selulosa (HPC HXF Pharm), yang menyebabkan pelepasan dosis yang tidak terkendali. Setelah berkonsultasi dengan ahli dan melakukan analisis lebih lanjut, solusi ditemukan dengan menggunakan kelas HPC yang berbeda dengan berat molekul lebih rendah, yang mampu menjaga stabilitas produk tanpa efek pelepasan dosis yang tidak diinginkan.
Pendekatan-pendekatan ini menunjukkan pentingnya pemilihan dan penggunaan eksipien yang tepat dalam pengembangan produk farmasi, serta kebutuhan akan pemahaman mendalam tentang sifat-sifat eksipien untuk mencapai hasil yang optimal dalam formulasi.