Stabilitas Obat di Industri Farmasi

Pengertian Stabilitas Obat

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan.

uji stabilitas obat farmasi

Jenis Stabilitas Obat

Ada berbagai jenis studi stabilitas yang dilakukan pada produk farmasi obat untuk memastikan kualitas, keselamatan, dan efektivitasnya dari waktu ke waktu. Studi-studi ini melibatkan paparan produk pada berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban, cahaya, dan pH, serta pengukuran sifat fisik, kimia, dan biologisnya.

Berikut adalah bentuk tulisan dalam sebuah tabel:

MetodeKondisi
Uji Stabilitas dipercepat (accelerated test)40°C ± 2°C / 75% RH ± 5% RH
Uji Stabilitas Intermediet (Intermediate testing)30°C ± 2°C / 65% RH ± 5% RH
Uji Stabilitas Jangka Panjang atau uji aktual (Long-Term Testing)25°C ± 2°C / 60% RH ± 5% RH atau 30°C ± 2°C / 65% RH ± 5% RH

Berikut adalah beberapa contoh dari berbagai jenis studi stabilitas yang dilakukan pada produk farmasi:

  1. Studi stabilitas dipercepat

Studi ini melibatkan paparan produk farmasi pada kondisi penyimpanan yang lebih tinggi dari kondisi normal, seperti suhu dan kelembaban yang tinggi, untuk jangka waktu singkat. Tujuan dari studi ini adalah untuk mempercepat proses degradasi produk dan memperkirakan masa simpannya dalam kondisi normal. Studi ini juga dapat membantu mengidentifikasi jalur dan produk degradasi dari produk farmasi.

  1. Studi stabilitas jangka panjang:

Studi ini melibatkan penyimpanan produk farmasi di bawah kondisi penyimpanan yang direkomendasikan selama jangka waktu yang lama, biasanya hingga 2-3 tahun atau lebih. Tujuan dari studi ini adalah untuk memantau stabilitas produk selama masa simpan yang dimaksudkan dan mengevaluasi atribut kualitasnya, seperti potensi, kemurnian, penampilan, dan kelarutan. Studi ini juga dapat membantu memvalidasi kondisi penyimpanan dan bahan kemasan produk.

  1. Studi fotostabilitas:

Studi ini mengevaluasi efek paparan cahaya pada stabilitas produk farmasi. Produk dipaparkan pada berbagai sumber cahaya, seperti sinar matahari alami, cahaya buatan, atau sinar ultraviolet (UV), dan parameter stabilitasnya diukur. Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan sensitivitas produk terhadap degradasi yang disebabkan oleh cahaya dan menetapkan langkah-langkah perlindungan cahaya yang tepat untuk produk.

  1. Studi stabilitas beku-cair:

Studi ini menilai stabilitas produk farmasi ketika dikenakan siklus berulang pembekuan dan pencairan. Hal ini terutama penting untuk produk-produk yang mungkin mengalami fluktuasi suhu selama transportasi atau penyimpanan, seperti produk biologis atau formulasi cair. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi dampak siklus beku-cair pada sifat fisik dan kimia produk serta memastikan integritas dan fungsionalitasnya.

  1. Uji stres:

Uji stres melibatkan paparan produk farmasi pada kondisi ekstrim yang melebihi kondisi penyimpanan normal atau yang direkomendasikan, seperti suhu tinggi, kelembaban, pH, atau oksidasi. Tujuan dari uji stres adalah untuk mengevaluasi batas stabilitas dan ketangguhan produk dalam situasi yang menantang ini serta mengidentifikasi produk degradasi dan mekanisme yang potensial.

  1. Studi kompatibilitas sistem penutup wadah:

Studi ini menguji kompatibilitas antara produk farmasi dan material kemasannya dari waktu ke waktu. Mereka menilai apakah ada interaksi antara produk dan wadahnya yang dapat mempengaruhi stabilitasnya, seperti proses pencucian, penyerapan, permeasi, atau korosi. Tujuan dari studi ini adalah untuk memastikan bahwa sistem penutup wadah menyediakan perlindungan dan preservasi yang memadai untuk produk.

  1. Studi stabilitas saat digunakan:

Studi ini mengevaluasi stabilitas produk farmasi setelah dibuka dan digunakan sesuai instruksi yang direkomendasikan, seperti rekonstitusi dengan pelarut atau pemberian dengan perangkat. Mereka menilai apakah terjadi perubahan dalam hal potensi, kemurnian, atau karakteristik fisik selama penggunaan dan apakah ada kontaminasi mikroba. Tujuan dari studi ini adalah untuk memastikan bahwa produk tetap mempertahankan kualitas dan keselamatan selama periode penggunaannya.

  1. Studi stabilitas perbandingan:

Studi ini membandingkan profil stabilitas dari berbagai formulasi atau batch produk farmasi untuk mengidentifikasi variasi dalam hal tingkat degradasi atau sifat fisik. Studi ini dapat membantu mengoptimalkan formulasi atau proses manufaktur produk serta memastikan konsistensinya.

  1. Profil antara dan impuritas:

Studi stabilitas juga dapat difokuskan pada antara atau impuritas yang ada dalam proses manufaktur produk farmasi. Studi ini membantu menentukan stabilitasnya dan dampak potensialnya terhadap kualitas dan keselamatan produk akhir. Mereka juga membantu menetapkan spesifikasi dan batasan yang tepat untuk antara atau impuritas tersebut.

  1. Studi stabilitas transportasi:

Studi ini mensimulasikan kondisi yang mungkin dihadapi produk farmasi selama transportasi, seperti fluktuasi suhu, getaran, dan perubahan kelembaban. Mereka menilai stabilitas produk di bawah kondisi-kondisi ini untuk memastikan bahwa kualitasnya tetap terjaga selama distribusi dan pengiriman.

Pentingnya Uji Stabilitas Obat

Uji stabilitas obat sangat penting dalam industri farmasi karena memiliki beberapa manfaat yang vital. Berikut adalah beberapa pentingnya uji stabilitas obat:

  1. Menjamin kualitas produk: Uji stabilitas obat membantu memastikan bahwa produk farmasi tetap mempertahankan kualitasnya selama periode simpan dan penggunaan yang direkomendasikan. Hal ini berarti bahwa obat akan berfungsi sebagaimana mestinya dan memberikan hasil yang diharapkan kepada pasien.
  2. Menentukan masa simpan kadaluarsa atau expired date: Melalui uji stabilitas, pengembang obat dapat menentukan berapa lama obat dapat disimpan dan masih tetap efektif. Informasi ini penting bagi produsen untuk menentukan tanggal kedaluwarsa obat dan bagi konsumen untuk memastikan keamanan dan efektivitas konsumsi obat.
  3. Mengidentifikasi degradasi produk: Uji stabilitas membantu dalam mengidentifikasi jalur degradasi obat. Ini membantu pengembang dalam menyusun formulasi yang lebih baik yang dapat mempertahankan integritas dan efektivitas obat selama jangka waktu yang diinginkan.
  4. Menilai pengaruh faktor lingkungan: Dalam uji stabilitas, produk farmasi diekspos pada faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, cahaya, dan pH. Hal ini membantu dalam mengevaluasi ketahanan obat terhadap perubahan kondisi lingkungan dan menentukan kondisi penyimpanan yang optimal.
  5. Menyediakan informasi pengemasan yang tepat: Uji stabilitas membantu menilai kompatibilitas antara obat dan kemasannya dari waktu ke waktu. Informasi ini penting dalam menentukan jenis wadah dan kondisi penyimpanan yang sesuai untuk memastikan stabilitas dan keamanan obat.
  6. Menjamin keamanan pasien: Uji stabilitas obat membantu memastikan bahwa obat tetap aman untuk digunakan oleh pasien selama masa simpan dan penggunaan yang direkomendasikan. Ini melibatkan pemantauan karakteristik fisik, kimia, dan biologis obat untuk mengidentifikasi potensi kontaminasi dan perubahan yang dapat mempengaruhi kualitas dan keselamatan obat.

Apa itu waktu kadaluarsa?

Waktu kadaluarsa obat, juga dikenal sebagai tanggal kedaluwarsa atau expired date, adalah tanggal terakhir di mana produsen obat menjamin bahwa produk tersebut akan tetap efektif dan aman untuk digunakan sebagaimana yang dicantumkan pada kemasan obat. Setelah tanggal kadaluarsa, penggunaan obat tersebut tidak dijamin lagi untuk memberikan hasil yang diharapkan dan dapat menjadi kurang efektif atau bahkan berpotensi menjadi berbahaya.

Tanggal kadaluarsa obat ditentukan melalui uji stabilitas obat yang dilakukan oleh produsen. Uji stabilitas ini melibatkan penyimpanan obat pada kondisi yang ditentukan, dan kemudian memantau perubahan kualitas obat tersebut seiring berjalannya waktu. Faktor yang dievaluasi dalam uji stabilitas termasuk potensi, kemurnian, penampilan, dan kelarutan obat.

Dalam penggunaan obat, sangat penting untuk memperhatikan tanggal kedaluwarsa yang tercetak pada kemasan. Menggunakan obat setelah tanggal kadaluarsa dapat mengurangi efektivitasnya dan berpotensi menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, disarankan untuk selalu membuang obat yang sudah kadaluwarsa dengan benar dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika diperlukan.

Cara penentuan kadaluarsa obat

Cara penentuan kadaluarsa obat melibatkan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh produsen obat. Berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam penentuan tanggal kadaluarsa obat:

  1. Uji stabilitas: Produsen obat melakukan uji stabilitas untuk memantau perubahan kualitas dan stabilitas obat selama periode simpan yang direkomendasikan. Uji stabilitas melibatkan penyimpanan obat dalam kondisi yang ditentukan (misalnya, suhu, kelembaban, cahaya) dan memantau perubahan fisik, kimia, dan biologis obat seiring berjalannya waktu. Dalam uji stabilitas, produsen memantau faktor-faktor seperti potensi, kemurnian, penampilan, dan kelarutan obat. Data dari uji stabilitas ini menjadi dasar untuk menentukan kadaluarsa obat.
  2. Pemantauan periode waktu: Produsen obat memantau produk mereka selama periode waktu yang ditetapkan dalam uji stabilitas. Biasanya, periode ini mencakup beberapa tahun dan melibatkan penyimpanan obat pada kondisi lingkungan yang direkomendasikan.
  3. Pengevaluasian hasil dan data: Produsen obat mengevaluasi hasil dari uji stabilitas dan data lainnya yang diperoleh. Data ini digunakan untuk menentukan kecepatan degradasi obat, memperkirakan masa simpannya, dan menentukan tanggal kedaluwarsa yang aman.
  4. Penentuan tanggal kadaluarsa: Berdasarkan hasil uji stabilitas dan evaluasi data, produsen obat menentukan tanggal kadaluarsa yang dicetak pada kemasan produk. Tanggal ini menunjukkan batas waktu di mana produsen menjamin bahwa obat tersebut akan tetap efektif dan aman untuk digunakan dengan benar.
  5. Informasi pada kemasan obat: Setelah tanggal kadaluarsa ditentukan, produsen mencetak tanggal tersebut pada kemasan obat untuk memberikan informasi yang jelas kepada konsumen. Pengguna obat disarankan untuk memperhatikan tanggal kadaluarsa dan tidak menggunakannya setelah tanggal tersebut.

Penting untuk diingat bahwa tanggal kadaluarsa obat hanya mencerminkan periode di mana produsen obat menjamin efektivitas dan keamanannya. Setelah tanggal kadaluarsa, obat tersebut mungkin masih aman untuk digunakan, tetapi efektivitasnya tidak lagi dijamin. Oleh karena itu, penting untuk selalu mematuhi tanggal kadaluarsa obat dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika ada kebingungan atau pertanyaan.

Dengan uji stabilitas obat yang lengkap, produsen obat dan pasien dapat memiliki keyakinan bahwa produk farmasi yang mereka gunakan adalah aman, efektif, dan mempertahankan kualitasnya selama jangka waktu yang diinginkan.

sumber :

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/download/504/394#:~:text=Stabilitas%20obat%20adah%20kemampuan%20suatu,penggunaan%20(Joshita%2C%202008).

https://farmasiindustri.com
M. Fithrul Mubarok, M.Farm.,Apt adalah Blogger Professional Farmasi Industri pertama di Indonesia, pendiri dan pengarang dari FARMASIINDUSTRI.COM sebuah blog farmasi industri satu-satunya di Indonesia. Anda dapat berlangganan (subscribe) dan menfollow blog ini untuk mendapatkan artikel terkait farmasi industri. Email: [email protected] WhatsApp/WA: 0856 4341 6332

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini