Metode-Metode Sterilisasi Produk Farmasi

Semangat Pagi pengunjung blog farmasiindustri.com, pada kesempatan kali ini saya akan sharing mengenai metode sterilisasi yang dilakukan di Industri Farmasi. Untuk diketahui produk steril macam-macam bentuknya mulai dari LPV (large parenteral volume)sampai SPV (small parenteral volume)

sterilisasi
Prinsip Pembuatan Steril

Tujuan Sterilisasi

Metode sterilisasi dilakukan dengan tujuan agar produk yang dihasilkan dapat dijamin sterilitasnya, yaitu tidak terdapat mikroorganisme baik viable maupun non-viabel. Terdapat 2 metode untuk mendapatkan produk steril menurut  WHO GMP for sterile pharmaceutical products:

a. Terminal Sterilization (Sterilisasi akhir)

Strelisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan strelisasi. Proses terminal sterilization biasanya melibatkan filling dan sealing wadah produk dalam kondisi lingkungan yang dirancang sedemikian rupa untuk meminimalkan kontaminasi mikroba dan partikel produk. Berdasarkan FDA Compliance Program Guidance Manual yang merujuk dari PDA Technical Report No.1 Terdapat 2 jenis siklus sterilisasi pada terminal sterilization:

Overkill method
Overkill method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121°C-124°C (200 kPa) selama 15 menit (Pharmacopeia, 2018). Pada overkill method monitoring hanya dilakukan pada formula akhir.

Bioburden Based cycle 
Bioburden based cycle adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa  lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10 .

Bioburden Sterilization

Bioburden Sterlization merupakan suatu metode sterilisasi yang dilakukan dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas yangdipersyaratkan SAL 10-6. Metode ini cocok digunakan untuk suatu zat yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi. Sebagai contoh adalah penggunaan Dextrose yang bila dipanaskan dapat menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang merupakan suatu senyawa
hepatotoksik. Proses sterilisasi memerlukan suatu siklus yang dapat menghancurkan muatan mikroorganisme, namun tanpa menimbulkan degradasi produk.

b.  Aseptic Processing (Cara Aseptis)

Aseptic processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol, suplai udara, material, peralatan, dan petugas telah terkontrol sedemikian rupa. Proses demikian dipilih bila obat atau bahan obat yang akan diproduksi tidak tahan panas

Metode Sterilisasi

Metode sterilisasi yaitu teknik atau cara yang digunakan dalam melakukan proses sterilisasi suatu bahan atau produk, dan metode tersebut harus menjamin produk yang dihasilkan steril. Menurut CPOB 2018, terdapat beberapa metode sterilisasi, yaitu:

           a.  Sterilisasi Cara Panas

Sterilisasi cara panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas. Sterilisasi cara panas dibagi menjadi dua, antara lain:

          b.  Sterilisasi Cara Panas Basah

Sterilisasi cara panas basah merupakan sterilisasi dengan jaminan paling tinggi, digunakan untuk bahan yang tahan terhadap suhu tinggi. Suhu dan tekanan hendaklah digunakan untuk memantau proses sterilisasi. Mekanisme sterilisasi cara panas basah adalah dengan koagulasi protein dan juga pelelahan membra sel. Ikatan hidrogen  pada protein terjadi antara gugus amino dengan gugus karboksil, ikatan ini mudah putus dengan adanya molekul air karena terjadi ikatan hidrogen antara kedua gugus tersebut dengan molekul air.

Selain produk dalam wadah yang disegel, produk yang akan disterilkan hendaklah dibungkus dengan bahan yang memungkinkan penghilangan udara dan penetrasi uap, tapi dapat mencegah rekontaminasi setelah sterilisasi. Semua bagian muatan hendaklah bersentuhan dengan agen penstreil pada suhu dan waktu yang dipersyaratkan. Hendaklah diperhatikan agar uap yang dipakai pada proses sterilisasi mempunyai mutu yang tepat (kimiawi, mikrobiologis dan endotoksin pada analisis kondensat) dan tidak mengandung zat tambahan dalam kadar yang dapat mencemari produk atau peralatan.

          c.  Sterilisasi Cara Panas Kering

Merupakan sterilisasi dengan udara panas/suhu yang tinggi, dimana terjadi dehidrasi sel pada mikroorganisme yang dilanjutkan dengan proses oksidasi. Sterilisasi cara panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilisasi dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Proses ini dilakukan dengan menyirkulasikan udara dalam chamber dan menjaga tekanan positif untuk mencegah udara non steril masuk. Udara masuk melalui filter HEPA (High Efficiency Particulate Air). Sterilisasi panas kering menghasilkan kondisi yang steril, bebas pirogen dan bebas partikulat.

        d. Sterilisasi Cara Radiasi

Sterilisasi dengan cara radiasi terutama digunakan untuk bahan dan produk  yang peka terhadap panas. Banyak obat dan bahan pengemas peka terhadap radiasi, sehingga metode ini hanya dipakai jika terbukti tidak berdampak merusak yang dibuktikan melalui eksperimen. Biasanya radiasi ultraviolet tidak diterima sebagai metode sterilisasi. Dosis radiasi diukur selama proses sterilisasi. Untuk itu, perlu digunakan indikator dosimetri, yang independen terhadap tingkat dosis yang seharusnya digunakan dan menunjukkan jumlah dosis yang diterima oleh produk. Dosimeter diselipkan di antara muatan dalam jumlah yang cukup dan saling berdekatan untuk memastikan bahwa selalu ada dosimeter dalam irradiator. Dosimeter  plastik  digunakan  selalu  dalam  kondisi  terkalibrasi.  Serapan dosimeter


dibaca segera setelah pemaparan terhadap radiasi. Indikator biologis dapat dipakai sebagai alat pemantau tambahan. Cakram warna peka-radiasi dapat dipakai untuk membedakan kemasan yang sudah diradiasi dan yang belum, namun bukan indikator keberhasilan proses sterilisasi.

         e.  Sterilisasi dengan Etilen Oksida

Metode sterilisasi dengan etilen oksida hanya digunakan bila cara lain tidak dapat diterapkan. Selama proses validasi harus dibuktikan bahwa tidak ada akibat yang merusak produk. Kondisi dan waktu yang diberikan untuk menghilangkan gas ditentukan untuk mengurangi gas residu dan zat hasil reaksi sampai pada batas yang adapat diterima yang sudah ditetapkan untuk tiap produk atau bahan. Kontak langsung antara gas dan sel mikroba adalah esensial, tindakan pencegahan dilakukan untuk menghindarkan organisme yang mungkin terperangkap dalam bahan misal dalam kristal atau protein yang dikeringkan. Jumlah dan sifat bahan pengemas dapat memengaruhi proses secara signifikan. Sebelum dipaparkan pada gas, bahan disesuaikan dengan kelembaban dan suhu yang dipersyaratkan untuk proses. Waktu yang diperlukan tidak mengurangi waktu untuk fase sebelum sterilisasi.

Semua siklus sterilisasi dipantau dengan indikator biologis yang sesuai dalam jumlah yang cukup dan tersebar untuk semua muatan. Indikator biologis disimpan  dan digunakan sesuai dengan petunjuk pembuatnya dan kinerjanya diuji terhadap kontrol positif. Untuk tiap siklus sterilisasi, dibuat catatan yang mencakup waktu  yang digunakan untuk menyelesaikan siklus sterilisasi, tekanan, suhu dan  kelembaban chamber sterilisasi selama proses dan konsentrasi gas serta jumlah gas yang digunakan. Suhu dan tekanan dicatat pada lembar pencatat selama siklus berlangsung. Setelah sterilisasi, muatan disimpan dengan cara yang terkendali di dalam ruangan berventilasi baik untuk memungkinkan gas residu atau zat hasil reaksi berkurang sampai tingkat yang ditentukan.

Demikian penjelasan mengenai macam-macam metode sterilisasi produk farmasi.

Semoga Bermanfaat

Salam

M. Fithrul Mubarok

Referensi :

·       Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 34 Tahun 2018. Pedoman Cara Pembutan Obat yang Baik. 7 Desember 2018. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1600. Jakarta.

·       The International Pharmacopeia. 2018. Method of Sterilization. Edisi 8.

https://farmasiindustri.com
M. Fithrul Mubarok, M.Farm.,Apt adalah Blogger Professional Farmasi Industri pertama di Indonesia, pendiri dan pengarang dari FARMASIINDUSTRI.COM sebuah blog farmasi industri satu-satunya di Indonesia. Anda dapat berlangganan (subscribe) dan menfollow blog ini untuk mendapatkan artikel terkait farmasi industri. Email: [email protected] WhatsApp/WA: 0856 4341 6332

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini