Transformasi Radikal (Menjadi Lebih Baik) Atau Tergilas Sadisnya Zaman

Pada zaman saya kecil produk-produk elektronika hampir semuanya didominasi oleh produk dari negara Jepang seperti merk Sharp, Sony, Panasonic dan Toshiba. Kita sepertinya tidak ada pilihan membeli selain produk Jepang bahkan produk China yang layak belum ada waktu itu.  Sekarang ini, produk-produk elektronik sudah beragam mulai dari produk China (Changhong), produk lokal (polytron) dan produk Korea (Samsung dan LG). 

Japan vs Korea

Mengenai Korea Selatan ini menarik sekali karena transformasi negara ini dari negara paling miskin (setelah perang) menjadi negara maju hanya dalam satu generasi, per sekaranghanya negara Korea yang pernah mencapai ini. ?Negara Eropa untuk menjadi negara maju membutuhkan beberapa abad (beberapa generasi ) baru bisa dan Korea hanya dalam hitungan beberapa puluh tahun, hebat!!. Saya yakin pembaca disini mempunyai salah satu produk dari negara Korea Selatan. Belakangan ini perlahan tapi pasti budaya, produk dan teknologi Korea Selatan menggantikan budaya, produk, dan teknologi yang semula didominasi oleh Jepang. Fenomena ini disebut dengan Korean Wave, ini juga melanda tidak hanya Indonesia tapi dunia.

Pertanyaannya mengapa produk elektronika Jepang yang mendominasi beberapa dekade di Indonesia dan dunia secara perlahan redup??

?Ini pertanyaan yang bila kita tahu jawabannya akan menjadi pembelajaran berharga ke depan terutama untuk bisnis perusahaan agar tidak mengalami hal yang sama. Berikut pendapat saya mengenai fenomena ini

1. Inovasi perusahaan Elektronika Jepang berjalan lambat

Perusahaan elektronika Jepang selama bertahun-tahun telah melakukan inovasi produk mereka seperti televisi, mesin cuci, kulkas dan lain-lain. Inovasi mereka tidak bisa dibilang jelek hanya saja kecepatan inovasi mereka cepat tapi cepat untuk tahun 1990-2000an, dipandang dari paradigma sekarang kecepatan itu terbilang lamban dibandingkan kompetitor. Disisi lain perusahaan elektronik Korea Selatan dengan agresifnya mengeluarkan berbagai produk dengan sangat cepat. Saking cepatnya perusahaan elektronik Jepang tergilas tergencet seperti bata ditelindas remuk oleh ban truk. Remuknya produk Jepang ditambah parah dengan gencarnya produk China yang murah dan variannya lebih banyak.

Kenapa Inovasi perusahaan elektronik Jepang lambat?

Perusahaan elektronik Jepang sudah terlalu nyaman dengan kejayaan mereka pada tahun 1990-2000-an awal, mereka terlena dan ini diperparah dengan kultur perusahaan Jepang yang mengutamakan keputusan dan kesepakatan bersama antar manajemen dimana mereka lebih mengutamakan harmoni. Memang kultur ini terdengar bagus dan tidak salah, ya benar untuk paradigma tahun 1990an tapi paradigma ini sudah tidak cocok dengan zaman sekarang. Zaman sekarang dimana digitalisasi sudah hampir menyentuh semua kehidupan manusia, informasi yang berjalan dinamis tiap detik dibutuhkan paradigma inovasi cepat. Negara Korea Selatan dapat melihat hal ini mereka melakukan inovasi dengan cepat menggunakan kemampuan IT (Information Technology). Data-data dikumpulkan dengan cepat dengan digitalisasi kemudian ditangkap oleh managemen segera diputuskan melakukan eksekusi langsung Inovasi. Inovasi produk elektronik Korea Selatan sudah keluar, perusahaan elektonik Jepang masih berkutat dan berdebat antar manajemen untuk mendapatkan keputusan yang harmoni (menyenangkan semua pihak). Budaya yang mengutamakan harmoni ini secara alamiah menggilas ide-ide kreatif yang muncul sehingga akhirnya perusahaan elektronik Jepang yang semula lambat berinovasi akhirnya mandeg tewas inovasinya.

2. Senioritas lebih dipentingkan daripada Kompetensi

Budaya ini merupakan penyakit lama yang mengerogoti perusahaan manapun secara halus perlahan tapi mematikan dan cilakanya bila sudah disadari terlambat. Saya sempat melihat fenomena ini di perusahaan kita tercinta ini, tapi saya melihat manajemen sudah menyadari ini kemudian melakukan perombakan, dibuktikan dengan beberapa jabatan stategis dipegang oleh anak muda yang kompeten. Budaya senioritas ini yang lebih mengutamakan umur dibandingkan dengan kompetensi akan membunuh inovasi dan kreativitas. Sudah sewajarnya bila orang sudah bertahun-tahun nyaman pada posisi tertentu dia pasti tidak akan peka lagi terhadap perubahan-perubahan lingkungan eksternal. Perubahan ini harus cepat ditanggapi dan dijadikan peluang, senioritas secara alamiah tidak mampu menangkap ini menjadi peluang dan akhirnya stagnan terlindas zaman.

Kompetensi akan melahirkan kreativitas, kreativitas ini merupakan benih-benih inovasi. Untuk zaman sekarang ini Inovasi bagaikan nafas, tanpa inovasi perusahaan akan mati secara perlahan bahkan mungkin lebih cepat. Ke depan kultur inovasi diperusahan ini harus dimaintenance secara terstruktur, sistematif dan masif kalau tidak perusahaan ini bisa mati. Manajemen perlu melakukan perombakan dan membuat agar berjalan sistem-budaya inovasi. Pembuatan sistem ini harus bersifat pendekatan kultural dan tidak bersifat hanya seremonial. Memang perlu waktu, perlu (mungkin gagal) tapi lebih baik dilakukan daripada tidak sama sekali.

Kompetitor elektronik Korea Selatan melakukan hal yang berbeda mereka sangat open dengan mengutamakan kompetensi. Karena mereka sadar kompetensi ini yang akan membuat perusahaan bertahan dan tidak tergilas zaman. Bahkan ini mereka sadari sebagai strategi menggilas kompetitor elektronika dari perusahaan Jepang. Memang tidak mudah bagi kita yang senior “dikalahkan” oleh anak-anak muda yang kreatif, perlu perasaan rendah hati yang luas. Tapi perlu diingat ini harus dilakukan kalau tidak perusahaan akan mati. Kira-kira kita akan memilih mana merelakan yang anak muda kompeten-kreatif take over atau kita semua mati ?? Utamakan ego pribadi atau mengutamakan kemajuan perusahaan bersama ??

Demikian dua faktor yang menurut saya menyebabkan perusahaan elektronika Jepang sekarang ini tergilas oleh zaman dan oleh agresifnya perusahaan elektronika Korea Selatan tanpa ampun, tanpa amnesti. Tanpa perubahan ekstrim pada hal-hal diatas pada perusahaan elektronik Jepang maka tinggal menunggu saja nafas terakhir mereka berhembus.

Hal-hal ini dapat dijadikan pembelajaran perusahaan, untuk mulai sekarang melakukan hal-hal konkret yang terstruktur, sistematif dan masif pencegahan “penyakit-penyakit” diatas. Pilihanya cuma dua, berubah radikal (berubah biasa tidak cukup) menuju lebih baik atau tergilas zaman dan mati !!???

https://farmasiindustri.com
M. Fithrul Mubarok, M.Farm.,Apt adalah Blogger Professional Farmasi Industri pertama di Indonesia, pendiri dan pengarang dari FARMASIINDUSTRI.COM sebuah blog farmasi industri satu-satunya di Indonesia. Anda dapat berlangganan (subscribe) dan menfollow blog ini untuk mendapatkan artikel terkait farmasi industri. Email: [email protected] WhatsApp/WA: 0856 4341 6332

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Berlangganan Artikel

Berlangganan untuk mendapatkan artikel terbaru industri farmasi

Stay Connected

51FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
-

Artikel terkini